Pengertian Mengenai Pariwisata Budaya

11/26/2017

Mengenal istilah objek dan daya tarik wisata lebih dikenal dengan istilah ”tourist attraction” (Yoeti, 1982). Ia menjelaskan ”tourist attraction” atau atraksi wisata sebagai segala sesuatu yang menjadi daya tarik seseorang atau sekelompok orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. 

Dalam hal ini, kita dikenalkan istilah ”produk” industri pariwisata dan atraksi wisata. Atraksi wisata itu merupakan bagian dari produk industri wisata, yang meliputi semua bentuk dan jenis pelayanan yang diberikan pada wisatawan untuk dinikmati dan dirasakannya sejak dari meninggalkan tempat (daerah) asal, menuju dan selama berada di daerah tujuan wisata, serta sampai mereka kembali lagi ke tempat asalnya. 

Pariwisata budaya merupakan jenis kegiatan pariwisata yang dikembangkan di suatu daerah atau sub-daerah tujuan wisata yang mengandalkan kekayaan wisata berupa objek dan daya tarik wisata budaya. Pariwisata budaya menggambarkan perjalanan wisata berdasarkan keinginan menambah wawasan dan pengalaman hidup dengan mengunjungi objek dan daya tarik wisata yang khas dan unik. Sementara itu wisatawan lain mempunyai alasan untuk mengetahui dan mempelajari pola perilaku sosial warga masyarakat, adat istiadat, kebiasaan, dan warisan seni budaya lainnya (Pendit, 1994 : 41).

Kemudian, Soekadijo (1996 : 54) mengemukakan bahwa kebudayaan adalah semua jenis kesenian, pola dan tata kehidupan masyarakat, adat-istiadat dan sebagainya. Kesenian sebagai satu bentuk kegiatan sosial yang kehadirannya mencerminkan ekspresi kolektif dari masyarakat pendukungnya. Ia sebagai sarana rekreasi dan hiburan yang estetik serta berupa media komunikasi yang menyampaikan pesan-pesan dengan nilai moral, filosofi, agama, pendidikan, ilmu pengetahuan yang menguatkan ikatan solidaritas sosial.

Pada dasarnya, kesenian tradisional memiliki ciri khusus dan keunikan sebagaimana digambarkan oleh masyarakat pendukungnya dan latar belakang dari timbulnya kesenian tersebut yang umumnya mencerminkan harapan akan keharmonisan, keseimbangan atau ekuilibrium sosial budaya. Contoh: Kebudayaan Keraton umumnya berbentuk seni tari dan musik, seni batik, kriya, bentuk pakaian, logat bicara, pola makan, hubungan sosial, dan hasil karya masyarakat; warisan yang masih hidup maupun warisan peninggalan sejarah dan budaya, monumen, museum dan sebagainya.

Warisan purbakala merupakan objek dan daya tarik wisata, sebagian warisan dan peninggalan sejarah tergolong ke dalam kebudayaan warisan berupa hasil karya manusia dari masyarakat tertentu di masa lalu yang disimpan di museum dan di ”situs arkeologi” serta yang masih hidup, termasuk peninggalan sejarah.
Contoh warisan budaya dan peninggalan sejarah yang dibedakan menurut zamannya, yaitu : 

1. Zaman prasejarah, misalnya: museum dan situs manusia purba ”Sangiran”
2. Zaman pengaruh India, seperti; candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, Candi Sukuh, Cetho
3. Zaman pengaruh Islam, seperti masjid Demak, Makam Sunan kalijaga, makam Sunan Kudus
Zaman pengaruh Barat, misalnya; Benteng Pendem di Cilacap, Benteng Vadenberg di Yogyakarta dan Benteng Vastenberg di Surakarta

Sebagai daya tarik wisata, warisan peninggalan sejarah dan purbakala memiliki ciri khas dan kekhususan dan menjadi faktor pembeda bagi lingkungan sosial budaya masyarakat-masyarakat yang mewarisinya. Ciri khas tersebut sering disebut sebagai keistimewaan bahkan merupakan keunikan. Oleh karena itu ciri khas dan keunikan tersebut menjadi daya tarik bagi masyarakat lain.

Kemudian, kepariwisataan hal tersebut dijadikan objek dan daya tarik wisata. Secara umum, obyek dan daya tarik wisata tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi wisatawan. Sebab manusia (wisatawan) cenderung mempunyai dorongan dan motivasi untuk mengetahui sesuatu yang berbeda, khas dan unik dari yang dimilikinya. Dalam kepariwisataan ditandai adanya sifat dan kondisi objek dan daya tarik wisata, beberapa di antaranya adalah:

1. Objek dan daya tarik wisata memiliki keunggulan dan keunikan yang tidak bisa ditemukan di lain tempat. Daya tarik itu sering sebagai tempat untuk menambah pengetahuan, untuk mencari kesenangan dan sebagainya.

2. Di lokasi (objek wisata) itu, para wisatawan dapat bertemu dengan warga masyarakat setempat yang mempunyai pola perilaku sosial budaya dengan karakteristik dan cara hidup yang khas, dan berbeda dari masyarakat asal wisatawan.

3. Di lokasi atraksi (daya tarik) wisata tersebut wisatawan bisa mendapatkan kenang-kenangan berupa cinderamata sebagai bukti atas kunjungannya; bisa merasakan makanan, bisa berpartisipasi langsung dalam proses kegiatan rutin masyarakat setempat (Yoeti, 1982).

4. Di lokasi objek dan daya tarik wisata terjalin hubungan antara berbagai unsur atau komponen kepariwisataan, misalnya sarana transportasi, akomodasi, jasa boga, cinderamata, layanan panduan wisata dan sebagainya.

5. Ada komponen kepariwisataan, yaitu biro perjalanan wisata atau usaha perjalanan wisata yang berfungsi mengaitkan berbagai unsur kepariwisataan dalam mengembangkan kegiatan pariwisata (Kodhiyat, 1996).

Singkatnya, objek dan daya tarik wisata berupa warisan sejarah, purbakala dan seni di daerah tujuan wisata ini memiliki keunikan dan kekhasan sosial budaya dan warisan purbakala yang sering tidak ada duanya

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close