Dua pemimpin agama terkemuka di dunia
awal pekan ini menandatangani deklarasi persaudaraan bersejarah, yang
menyerukan perdamaian di antara negara, agama dan ras. Salah satu bagian
penting yang menjadi otokritik bagi semua adalah pernyataan bahwa “Tuhan tidak
perlu dibela,” yang sebenarnya sudah disampaikan mantan presiden Indonesia
Abdurrahman Wahid 22 tahun lalu.
WASHINGTON DC (VOA) —
Pemimpin Nadhlatul Ulama Abdurrahman Wahid pada tahun 1996
pernah menghebohkan Indonesia ketika mengeluarkan serangkaian tulisan, yang
kemudian dikompilasi menjadi buku ‘’Tuhan Tidak Perlu Dibela.’’
Otokritik Gus Dur, dikecam
keras berbagai kalangan yang sebelumnya juga telah mengkritisi
pernyataan-pernyataan tokoh kelahiran Jombang ini, antara lain soal Islam yang
ramah, bukan yang marah atau Islam yang kritis terhadap aksioma lama, serta
Islam yang terbuka pada hal baru, dan sebagainya.
Dalam salah satu tulisannya terkait "Tuhan tidak perlu
dibela," Gus Dur menyatakan bahwa dalam sejarah, agama memang sama sekali
tidak dapat steril dari berbagai hasrat dan kepentingan manusiawi, sehingga
pada titik tertentu kerap ditunggangi dan diseret ke wilayah yang cukup
politis, menjadikannya semacam legitimasi sikap politis dari kepentingan suatu
kelompok.
0 comments