Pluralisme
yang dihasilkan karena keragamaan belum tentu berujung pada sebuah sistem
sosial, pandangan ini merupakan bagian dari apa yang dihasilkan dari rasa
kebersamaan, dan hal ini setiap orang mungkin saja diikat dalam sistem sosial
tetapi belum diketahui bahwa dalam hal mengenai sebuah komunitas sosial.
Berbagai
hal terkait dengan sistem yang dikemukan melalui konsep yang diketahui mengenai
(gemeinschaft) dan patembayan (gesselschaft) dalam mengkritisi
pemikiran Durkheim, bahwa kehidupan sosial yang ideal ada pada kehidupan
berkomunitas.
Kehidupan
berkomunitas melalui etniksitas yang dibangun dalam melihat berbagai perubahan
sosial yang menjadi dasar dari bentuk keteraturan sosial. Maka, dari itu
berbagai hal terkait dengan sistem budaya yang beralih pada dinamika ini,
tentunya berdampak pada Hobbes dalam karyanya Leviathan yang menceritakan
mengenai kekuasaan pemerintahan yang berkuasa untuk menghindari kekacauaan
(chaos)
Akan
tetapi pandangan itupun berubah ketika solidaritas ini masih menjadi sesuatu
yang kurang ideal untuk membangunan integrase sosial. Kateraturan sosial dapat
dipahami dan belum tentu adanya napas mengenai solidaritas sosial.
Berbagai
pemikiran Barat tentunya berdampak pada dinamika budaya masyarakat, tetapi
dalam hal ini pembauran antar etnis berlangsung sesuai dengan peran dari
dinamika masyarakat yang berdampak pada sistem dinamika masyarakat.
Jika
sebuah tradisi hanya menjelaskan bahwa kunci pemersatu terletak pada keinginan
untuk bersatu dalam mencapai tujuan bersama. Maka, berbagai persoalan antar
etnis dapat diketahui berbeda, sesaui dengan pluralisme yang dimaksud. Hal ini,
tentunya berdampak pada naik turunnya suatu peradaban.
Untuk
memahami lebih mudah dalam pemikiran hal ini, maka dapat dipahami bahwa
bagaimana solidaritas yang auntentik dibangun dalam solidaritas kelompok yang
dibangun melalui musuh bersama (common enemy), Misalnya, dalam hal ini
masing-masing panguyuban berperan terhadap dinamika sosial budaya mereka.
0 comments