Ras Pada Masa Kolonial : Peran Tokoh Politik Di Nusantara

9/27/2020

Ketika kisah Jawa memiliki persoalan terhadap negosiasi untuk berdagang dengan para Sultan dan tiokoh politik di Nusantara, maka berbagai persoalan terkaot dengan strategi utama yang digunakan oleh para penjajah, yaitu divide et impera yang memanfaatkan disintegrasi sosial ditengah kerajaan-kerajaan Nusantara.

Bantuan serta negosiasi perdagangan kepada elite-elite politik kepada para Sultan ketika itu. Dengan adanya perjanjian perdagangan yang membuat elite politik menjadi sarana pertama yang selanjutnya memposisikan sebagai penguasa.

Pihak colonial tidak memulai sebuah penjajahan dengan melakukan serangan atau kekuasaan fisik karena langsung memicu resistensi dari masyarakat Nusantara. Melalui proses negosiasi ekonomi-politik yang dilakukan dengan teknik halus, VOC Belanda mengundag para elit politik untuk membuka pintu dan memberik diri untuk dikuasai oleh supremesi kelompok Barat (oksidental).

Dengan melumpuhkan sikap resistensi dari para Sultan maka pihak colonial Belanda dan berhasil melakukan proses kolonialisme untuk menguasai sumber daya alam dan ekonomi Indonesia pada saat itu.

Kekuasaan Belanda tidak berhenti sampai pada tahap politik, dengan adanya budaya baru di tengah masyarakat. Maka berbagai hal terkait kekuasaan Indonesia menjadi bagian dari ekpresi seni atau kegiatan yang mencerminkan suatu tradisi.

Dalam sosiologi, budaya adalah ide-ide yang mengorganisasi masyarakat, apakah perlu mendengar istilah Belanda, Tionghoa / Timur Asing dan pribumi, mari kita ingat bagaimana labeling tersebut diceritakan adalam artikel yang dibuat.

Dengan adanya segregasi sosial antara budaya Barat, Tionghoa, dan Indonesia. Istilah yang amsih menjadi sebuah kebiasaan dintengah masyarakat Indonesia yang membedakan individu berdasarkan ras dan warna kulit serta dipertahankan dengan sedemikian rupa sampai pada masih mengingatnya.

Adanya istilah Tionghoa dan Pribumi tentunya mengingat beberapa yang menjadi pada masa pemerintahan Orde Baru yang sempat melakukan segregasi sosial antara kelompok etnis Tionghoa berpolitik. Pola seperti ini, tentunya masih terbentuk dan dipertahankan sampai pada masa Orde Reformasi.

Pengetahuan yang perlu dipahami mengenai ras, tengtunya telah menjadi pembagian masyarakat Indonesia menurut atribut kulit dan ras sebetulnya sudah terjadi sejak kolonialisme Belanda. 

Adanya perbedaan masa tentunya mempengaruhi istilah yang dibuat berdasarkan perpolitikan dan ekonomi secara menyeluruh. Maka, dibuatlah konflisk antara penjajahan Belanda dengan kelompok pribumi ketika itu. Begitu juga sebaliknya, untuk masa sekarang, terutama pada sistem politik saat ini.

 

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close