Konflik Sosial (Orang Batak, Jawa), Perusak Pada Sistem Kehidupan Seksualitas

8/10/2021

Memahami pola konflik sosial yang dibuat oleh orang Jawa Batak, Sihombing dan Marpaung Jawa,dan Siregar yang dimulai dari aspek pendidikan, kesehatan, yang penyimpang serta aspek ekonomi yang menjadikan mereka sama terhadap persoalan mereka untuk dijadikan pemimpin.

Ketika itu, “duit nove”katanya demikian, anda siapa ? punya malu?. Ingin menguasai sistem ekonomi (Marpaung, Jawa) lancang sekali hidupnya. Orang Indonesia, kok hidupnya hitung harta orang, kelas sosial, apa yang dikenakan, dan gereja yang dibangun itu.

Pada aspek pendidikan, konflik akan bisa dibuat dengab kecerdasan mereka terhadap ilmu pengetahuan, baik ilmu kesehatan hasil dari seksualitas (Jawa - Batak - Dayak), dan pendidikan yang mereka gunakan dalam kehidupan mereka pada kelas sosial (Bapak siapa, anak siapa).

Berbagai hal terkait iman mereka terhadap persoalan itu, jelas bagaimana perebutan status sosial, kesehatan, dan pendidikan hingga aspek ekonomi dapat dipahami dengan baik, terhadap dinamika , konflik sosial yang mereka terima.

Tetapi, ada sesuatu menarik ketika, mengenai makan dan minum mereka, apakah dapat menjadi sebuah kutuk terhadap ucapan mereka pada agama dan kehidupan sosial mereka. Karena bermain-main dengan agama (Islam – Protestan). Berbagai hal dilakukan, dimulai dari budaya hingga seksualitas, yang sifatnya memaksa.

Terkadang hal ini menjadi pertanyaan, memangnya anda siapa ? di Pontianak, Kalimantan Barat. Hal yang begitu memalukan dengan pencapaian dan keinginan status sosial, dan kelas sosial itu, tanpa menyadari darimana sistem ekonomi mereka berasal.

Begitu juga memahami bagian sistem konflik baru itu, terlepas dari aspek kepentingan di masyarakat, pendidikan yang memaksa dengan sumber ekonomi mereka, dan bagaimana mereka mendapatkannya. Hal ini tiada mustahil bagaimana mereka hidup, pada sumber agama dan kehidupan yang disebut dengan (Kutuk).

Hal ini dapat dipahami dengan baik, bagaimana melihat sistem sosial budaya yang hendak dipahami dengan keberadaan mereka saat ini. Suatu kesadaran untuk memancing seperti itu, patut dipahami dengan baik, bagaimana mereka hidup, dan masuk kelas sosial guna mencapai persaingan yang kotor ( Batak jagonya, berlindung dibalik profesi baju dokter misalnya (Indonesia).  

Berbagai jauh dengan Negara global, seperti Malaysia, Singapura, dan lainnya yang menjadi pilihan orang Tionghoa menjaga kesehatannya. Budaya malu menjadi symbol akan ragam budaya yang anda miliki terhadap kesamaan dan perbedaan dalam keberagamaan yang mereka perbuat, baik itu seiman dan tidaknya.


0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close