Hubungan media yang akhir ini menjadikan kritikan para presiden, dan perdana menteri Malaysia, pada tahun 2019 memang berada pada pemberitaan yang ditutup disetiap peristiwa yang terjadi pada setiap tahunnya.
Hal ini terjadi, dengan berbagai hal terkait dengan munculnya
kontroversi berbagai pemilihan presiden, ormas, dan konflik sosial yang terjadi
mengkhwatirkan berbagai kalangan, termasuk para aktivis, intelektualitas, dan
peneliti di tingkat lokal, dan Nasional.
Berbagai persoalan terkait dengan aspek kehidupan budaya yang
berada pada kondisi masyarakat yang berada pada masyarakat lokal, di setiap
Kabupaten, dan Provinsi, tentunya memiliki karakteristik dalam menghadapi
berbagai kehidupan demokrasi di Indonesia.
Masing-masing kepentingan politik, menyebutkan berbagai produk ideology,
budaya, lingkungan, dan ekonomi yang berbarengan dengan aspek kehidupan sosial
ekonomi di masyarakat. Hal ini menuaikan berbagai hal terkait dengan persoalan
konflik sosial yang berada pada masalah manusia.
Kepentingan ekonomi, dan para pendiri memang menyimpulkan berbagai
persoalan manusia, pada aspek ekonomi lokal,
yang dipenuhi berbagai kepentingan seksualitas berkelanjutan.
Penyimpangan ilmu pengetahuan, di Indonesia, dengan adanya kepentingan budaya
Tionghoa – Pribumi di Indonesia, termasuk persoalan kehidupan pengetahuan dan
teknologi.
Pada tahun 2000an, krisis ekonomi terjadi dengan dasar dari suatu
oknum dan hasil seksualitas, yang brutal masing-masing suku, serta konflik
sosial yang direncanakan masing-masing elit politik, Golkar dan PDI Perjuangan,
guna mendapatkan simpati diberbagai media massa di Pontianak.
Tidak hanya itu saya, berbagai persoalan dari hal tersebut
memunculkan kepentingan ekonomi politik yang dihasilkan dari aspek kehidupan
agama dan budaya, yang mungkin menjadi bobrok terhadap kualitas manusia
berdasarkan sumber daya manusia di Pontianak, Kalimantan Barat.
Budaya itu muncul dengan adanya aktivitas di masyarakat yang
hingga saat ini berada pada kondisi rill masyarakat, kepentingan mata uang, dan
mata pencaharian masyarakat, terhadap kehidupan pendidikan sebelumnya, yang
memang begitu direncanakan oleh PDI Perjuangan, dan oknum ekonomi di Pontianak.
Menjadi perhatian saya,
dalam melihat berbagai persoalan konflik sosial yang direncanakan, hingga
kekerasan yang direncanakan dengan kehidupan budaya, suku Batak – Tionghoa,
Dayak di Pontianak, berdasarkan perlindungan mereka pada pendidikan dan
kesehatan, bagi yang tidak penkecimpung pada sistem ekonomi perkotaan 2011 - 15.
Budaya, malu menjadikan mereka peka terhadap kebudayaan mereka
mengenai siapa mereka, dalam masyarakat yang primitif, dengan budaya dan
pengetahuan yang masih minim, dan jail di Kalimatan Barat. Orang jail tersebut
berasal dari kalangan kelas pekerja, buruh pelabuhan, yang tidak tentu
identitas, serta kontribusi mereka di masyarakat sebagai binatang, Batak
Sihombing, hasil seksualitas yang menjijikan di masyarakat.
0 comments