King Maker - Politik

5/16/2020

Indonesia, King maker sebuah istilah yang disebutkan bagi masyarakat untuk memahami arah politik serta fenomena unik politik Indonesia mutakhir, yakni melawan semangat zaman, yang sejatinya memberi ruang bagi generasi milenial.

Salah satu beban terberat rezim Jokowi adalah terlalu banyak king maker, adalah hal ini seolah kekuasaan Jokowi selaku presiden tidak bulat. Itu sebabnya, Jokowi mencari penyeimbang, dengan memasukkan Prabowo ke lingkaran terdalam Istana, agar “king maker” seperti Luhut, Megawati, atau HP tidak seleluasa dulu lagi.

Saya sendiri juga heran dengan kekuasaan Luhut yang demikian besar, seakan dia seorang “presiden bayangan”. Kalau Luhut memang ingin berkuasa terus, mengapa pula tidak jadi presiden sekalian saja, jadi tidak perlu menumpang pada kendaraan politik orang lain, dalam hal ini Jokowi. Pada titik ini, kehadiran Prabowo menjadi penting, setidaknya untuk mengurangi peran king maker terdahulu.

Kini kita sudah mulai melihat hasilnya (dengan masuknya Prabowo), ketika peran HP secara perlahan mulai berkurang. HP memang layak menepi, karena partai yang dipimpin anaknya (Diaz), yakni PKPI, hasilnya benar-benar drop dalam pemilu tahun lalu. Itu semacam konfirmasi, bahwa HP sebagai figur publik ternyata tidak memiliki basis massa yang meyakinkan.

Jika memahami berbagai hal terkait basis massa, tentunya akan menarik untuk diketahui, bahwa PDIP masih unggul dalam hal ini. Berbeda, jika potensi masyarakat dalam memahami hal ini, memungkinkan juga jika Demokrat telah menguatkan kadernya diberbagai wilayah untuk pembangunan, terutama pada masyarakat pedesaan.

Baca Juga : Arah Politik 2024


0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close