Masyarakat berbudaya tidak lekang dengan persoalan budaya yang mereka terapkan, meskipun dalam suatu budaya diterapkan dengan persoalan agama yang tidak lepas dari persoalan kasih yang membentuk dalam diri seseorang, komunitas dan organisasim tetapi tidak lepas dari persoalan daya masyarakat pada kebijakan yang dibuat berdasarkan social budaya mereka.
Budaya dan agama, tentunya
dipisahkan dalam aspek kehidupan sehari-hari mereka, dengan agama yang
diterapkan berdasarkan hasil perbuatan mereka, baik itu persoalan kekerasan
seksualitas, makanan, perkataan, serta berbagai hal terkait dengan kehidupan
sehari-hari mereka di tengah masyarakat.
Pada kebudayaan tidak hanya budaya Tionghoa, pada persoalan sosial yang berada pada perbuatan mereka, seringkali bersembunyi dengan nama-nama gereja yang hendak dilakukan dengan
aspek kemanusian mereka, hal ini tidak lepas dari persoalan kehidupan mereka
sebelumnya.
Maka, dari itu berbagai hal
terkait dengan aspek social budaya yang melekat pada dinamika budaya yang
melepaskan persoalan sosial, dan kekuasaan yang tidak lain belum menekuni
berbagai persoalan dari aspek kehidupan social budaya mereka di tengah
masyarakat.
Tidak terlepas dari persoalan
itu, maka muncul dengan aspek budaya yang mereka lakukan terhadap apa yang
menjadi perbuatan mereka dalam melepaskan berbagai hal terkait dengan dinamika
budaya, dan agama yang menyangkut potensi konflik dalam diri mereka.
Berbagai hal terkait dengan aspek
budaya yang mereka terapkan cukup diketahui dengan apa yang mereka hasilkan
dalam kehidupan sosial mereka dengan aspek politik yang mereka terapkan dalam
aspek politik yang berdampak pada ruang masyarakat dengan berkenan dalam
pemahaman social yang memiliki aspek kehidupan mereka.
Dalam suatu ruang akan berdampak
pada potensi manusia dengan aspek pendapatan yang mereka terapkan misalnya,
akan lekat dengan dinamika suatu pendidikan yang mereka terapkan layaknya dalam
suatu masyarakat.
Banyak hal terkait dengan hal
ini, dengan membuat hal tersebut untuk tidak layak dalam suatu aspek pendidikan,
dan kesehatan, maka mengarah ketidakbaikan, dengan persoalan seksualitas yang
mereka terapkan dengan potensi dari persoalan di masyarakat.
Konflik social yang diciptakan
dari dasar dari hasil penciptaan masyarakat, baik itu lingkungan social, baik
itu privan dan non privat telah menjadi hasil dari batasan yang mereka ciptakan
dalam merebutkan berbagai kekuasaan yang diterima.
Hal yang semestinya disiapkan
dalam suatu masyarakat, dapat di temui dengan dibaliknya agama dan budaya,
diberbagai bidang termasuk ekonomi (Orang Tionghoa). Ketidaksenangan, dalam bekerja dan tempat
ibadah dapat ditemui perlakukan mereka dengan berbagai tanda-tanda tempat
duduk, yang diterapkan dan kesiapan mereka pada persoalan medis juga demikian, mengenai siap tanggap.
Menanggapi hal ini sangat jelas
dengan apa yang dihasilkan dalam suatu budaya dengan menerapkan berbagai aspek
dari kehidupan mereka. Persoalan kecurangan Orang Batak Silaban (Sihombing), Orang Dayak Tetangga, (Marpaung), dan Siregar, (Orang Melayu) tidak jauh dari agama MRPD Pancasila, Kota Pontianak, Kalimantan Barat serta berbagai hal terkait konflik seksualitas yang diciptakan dalam dunia medis dan pendidikan juga demikian.
Konflik berlanjut tidak jauh dari kekerasan seksualitas, makanan dalam lingkungan rumah, yang dilakukan oleh dengan nama-nama santo dalam suatu agama, dapat dilihat perbuatannya itu terdapat nama Kristen, Islam, dan Katolik, (Budha).
Bersembunyi dalam persoalan kehidupan mereka pada agama, dan kehidupan sehari-hari Dengan mengidentifikasi berbagai hal terkait dengan aspek sosial budaya mereka di masyarakat, akan mampu dengan berbagai konsep masyarakat Ideal yang ditawarkan saat ini, khusuanya untuk (Indonesia).
0 comments