Membahas moralitas masyarakat Dayak – Tionghoa di Kalimantan dapat dipahami melalui sistem budaya seksualitas, dan ekonomi. Bisa diperiksa kembali, bagaimana mereka hidup pada ekonomi Jakarta, terutama swasta, dan berbagai kalangan yang berada pada kondisi senang membual misalnya, tiba ngbrol, merencakan konflik sosial dan lainnya.
Itu adalah kejahatan dari hasil spritualitas masyarakat Dayak –
Tionghoa sebelumnya, termasuk Batak – Jawa pada tahun 2011 saat ini, pada
seksualitas mereka di Pontianak. Rencana kejahatan itu tanpa disadari menjadi
bahan dari pembahasan dan catatan terhadap kemajuaan ilmu pengetahuan yang
diterapkan berdasarkan agama dan budaya.
Ketika hal ini menarik dibahas melalui mata pencaharian mereka,
menjadi alasan dari berbagai kalangan terhadap pekerjaan bagi Indonesia, yang
saat ini melakukan revolusi mental di berbagai wilayah. Rencana jahat itu tidak
lepas dari masyarakat suku Batak – Jawa dan Dayak di Pontianak.
Moralitas dan etika hilang sebagai non manusia, menjadi binatang
di masyarakat teruatama masyarakat suku Batak – Dayak - Jawa pada kelas sosial
menegah kebawah sebelumnya. Hasil pertarungan politik ekonomi, dan kelas sosial
di masyarakat menjelaskan bagaimana mereka hidup di Pontianak, Indonesia serta
pelanggaran hukum yang mereka buat hingga saat ini.
Di Pontianak, kejahatan seksualitas di terapkan pada kalangan
Tionghoa – Batak (makan orang), dan menjadi berbagai alasan terhadap rencana jahat mereka
terhadap kehidupan seksualitas. Tentunya orang yang ingin dan
mencoba-coba, hasil dari pendidikan di Keuskupan Agung Pontianak, Gembala Baik dan
GKE.
Hasil pendidikan itu menjadi jelas bagaimana mereka hidup di
tengah masyarakat, pendidikan, dan hasil spritualitas bahwa mereka baik dalam
agama dan budaya. Catatan konflik sosial terjadi pada tahun 67 – 99 di
Kalimantan Barat menjelaskan dari persoalan Batak di antara konflik sosial itu
terjadi, begitu Juga Tionghoa di Kalimantan Barat dan Jakarta.
Hukum di Indonesia, terutama departemen Kal- Bar dalam hal ini dapat
menjelaskan bagaimana oknum itu hidup di tengah masyarakat, dan dengan
moralitas dan ekonomi mereka saat ini. Sehingga, moralitas dan etika tiada ada
di masyarakat Indonesia, hasil ekonomi urbanisasi, dan hasil seksualitas, dan
konflik sosial yang dibuat berdasarkan ketidaksadaran individu, kelompok, dan
organisasi, serta partai politik.
Hasil kejahatan seksualitas, menjadi baik ketika moralitas dan
etika menjadi pembahasan terhadap penggunaan jasa, dan buruh dari hasil
perjuangan kelas, dan pajak di masyarakat saat ini menjelaskan dengan baik
adanya konflik kekerasan, seksualitas terjadi, dan ekonomi berlangsung.
Datang dalam suatu perkampungan, di masing ideologi berbeda, menggunakan isu yang tidak baik, tentunya menjadi catatan terhadap yang pro pada mereka, Batak - Dayak dan moralitas partai politik PDI Perjuangan - Golkar itu di Pontianak dengan isu PKI, dan lainnya.
Hidup berdampingan di lingkungan rumah tangga dengan rencana kejahatan dan moralitas mereka di masyarakat. hasil dari seksualitas Batak - Jawa - Melayu (makan orang) yang lebih brutal di Pontianak. dan berlindung dibalik tembok agama dan sebagai tenaga medis 2008 -2017.
0 comments