Ekonomi Tionghoa – Pribumi Pada Jalur Perdagangan & Agama 80an

5/10/2022

Ketika memahami mengenai kota Pontianak, jalur sungai "Kapuas Besar" tampak dengan aktivitas manusia terhadap perdagangan hulu dan hilir sungai dalam suatu perkampungan Desa dan Kota. Dalam hal ini memiliki dampak terhadap jalur perdagangan yang meliputi rempah, hasil hutan, dan produk instan.

Hal ini memiliki dampak terhadap aktivitas perkotaan di masyarakat Pontianak, dengan berbagai hal terkait dengan sistem ekonomi dan budaya masyarakat Tionghoa yang tinggal di kawasan tua perdagangan yang ada di Pontianak setelah krisis ekonomi.

Disitu ada ahli besi, kuliner, sekolah serta berbagai ekonomi yang mengalir berbagai aktivitas sosial budaya di masyarakat secara menyeluruh dengan berbagai hal terkait sistem perdagangan yang lekat dengan aktivitas manusianya.

Kaum pribumi akan tampak dengan masyarakat Dayak – pendatang yang tinggal di Pontianak dengan aktivitas masyarakat kota, baik sebagai pengajar, dengan bahasa yang kasar dan memang berada kondisi kelas sosial kebawah dan menegah menjadi latar belakang kehidupan sosial masyarakat di Pontianak dengan standar bobot yang rendah.

Begitu juga dengan pengetahuan, dan kehidupan sosial dan budaya hingga mencapai persoalan kelas pekerja mereka di masyarakat sosial yang berada pada kondisi setempat kota Pontianak hingga saat ini, dengan standar manusia yang rendah terhadap sistem politik dan kehidupan sosial mereka di masyarakat Pontianak – Jakarta.

Kekerasan ekonomi akan tampak dalam setiap pekerjaan masyarakat Tionghoa sebagai buruh angkut, dan pedagang, yang hidup di masyarakat kelas sosial bawah – menegah dengan pembangunan ekonomi yang rendah sebagai Bahasa atau dialek yang kasar tidak berbeda jauh dengan masyarakat pribumi disini.

Hal ini memiliki peran terhadap karakteristik masyarakat dengan model yang dibentuk berdasarkan hasil perjuangan kelas sosial yang berperan dalam kehidupan sosial mereka di masyarakat secara berbeda hingga saat ini terjadi.

Masyarakat Tionghoa – Pribumi jika ingin berteman, pola ekonomi, dan politik seksualitas dan sukses melalui uang dan tanah akan tampak pola kehidupan sosial dan  budaya untuk mendapatkan pengakuan dalam keluarga & agama, terutama pada kelas sosial bawah.

Maka dipahami bagaimana mereka hidup dan tinggal dalam suatu masyarakat atau perkampungan serta seksualitas, guna memenuhi sandang, pangan dan papan, serta ekonomi politik yang di hasilkan halal atau tidak. 

Menjadi latar belakang kehidupan politik seksualitas mereka di Pontianak, untuk keluar dari kampung atau pedesaan Ekonomi Tionghoa - Pribumi sebagai pedagang memang negatif berbeda dengan perak (ditolak) dalam ekonomi keluarga, maka ke kota besar bekerja sebagai karyawan atau kelas pekerja seperti di Jakarta dan supir angkut.

Hal ini menjelaskan pada arah perdagangan ekonomi melalui laur perdagangan dan manusia, selain hasil hutan dan produk lainnya, sebagai kelas sosial rendahan (perompak kapal) 80an  - 2008, menjelaskan medis saat ini di Indonesia yang melibatkan masyarakat Tionghoa disini, Pontianak memungkingkan hal tersebut terjadi.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close