KeTionghoaan – Batak Indonesia, Agama Seksualitas Di Pontianak - Pedesaan Kab

5/09/2022

Persoalan manusia, terutama di Pontianak memang berada pada kondisi sosial budaya di masyarakat yang tampak dengan ekonomi politik yang dibangun berdasarkan hasil budaya migrasi dan urbansiasi  di masyarakat Tionghoa.

Hasil genetika (pribumi - Tionghoa) dapat diketahui dengan adanya moralitas ber ekonomi, pada pengejaran untung dalam berdagang, dan ekonomi yang tidak memiliki moralitas dalam perkampungan Kapuas hulu, dan Pontianak, serta Kab. Kuburaya, tetapi itu adalah hasil pembangunan ekonomi terjadi.

Pada setiap peristiwa penumpahan darah yang terjadi pada tahun 1999 – 1967, menjadi awal dari kehidupan sosial ekonomi di masyarakat secara menyeluruh di Kapuas Hulu pada masa Oevang Oeray (1960 - 1966) di Kalimantan Barat, Indonesia.

Tidak ada keadilan ketika kekerasan terjadi, disamping itu hanya dapat digantikan dengan uang yang menjadi awal dari aspek kehidupan hukum di Indonesia, menurut para pakar dan akademisi, menjadi catatan sejarah bagi kaum suku Madura - Tionghoa - Dayak 1999 di Pontianak, Indonesia yang begitu kotor.

Bagaimana mereka mendirikan gereja sebagai bagian dari pemerasan, pajak di perkotaan ekonomi Tionghoa dalam melihat berbagai kondisi ekonomi politik mereka di Indonesia, karena tidak menjadi apa – apa dan siapa – siapa.

Kehancuran tampak setiap mereka yang hidup pada moralitas masyarakat Tionghoa - Dayak  Pontianak dan Jakarta menjelaskan hal tersebut dengan baik, sesuai dengan ekonomi politik yang dibangun melalui pedesaan dan kota. Hasil dari kesalahan nenek moyang mereka selama hidup di Pontianak, menjadi awal dari sistem perdagangan dan ekonomi politik terjadi.

Kelas sosial rendah dari hasil asimilasi budaya Kapuas  Hulu. Menjadi pembelajaran bagi masyarakat suku Dayak – Batak (Protestan - Katolik) disini, menjadi awal dari kebiadaban dan seksualitas mereka sebagai Sihombing (silaban) sampah di masyarakat kota Pontianak.

Pada masa 2011 – 2019 di Pontianak Barat, apa yang terjadi pada sistem ekonomi perkotaan dan Keuskupan Agung Pontianak (mrpd pancasila). Dengan peler (kelamin) yang begitu rendah, Sihombing – Jawa (Marpaung), sebagai perompak kapal (1990an) dan Perbatasan hasil resistensi, dalam suatu agama Katolik – Protestan, berani membuka baju (telanjang) dihadapan saya secara pribadi.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close