Kehidupan Budaya, Pembentukan Perkotaan Pada Kawasan Tionghoa Pontianak 1993

5/08/2022

Pada pembangunan kota Pontianak, pada masa kolonial yang dikenal dengan adanya masyarakat Melayu – Dayak urbansiasi Desa – Kota, dan Tionghoa menjadi aspek penting dalam melihat berbagai hal terkait persoalan manusianya.

Sebelumnya adanya pembentukan kota, dan agama maka kebuasan manusia akan tampak pada peran mereka di masyarakat baik itu pada sistem ekonomi, budaya dan agama secara baik terkait dengan karakteristik masyarakat Tionghoa Lai - Perbatasan. 

Hasil resistensi pemerintah pada kawasan wilayah walikota Pontianak Siregar 1993 - 1998 (sampah dimasyarakat Pontianak - Jakarta sebelumnya), hanya sebagai ejekan bagi setiap pekerjaannya di Pontianak, pada sistem politik - birokrasi ketika itu. Peran budaya pada pembangunan masa Orde Baru - Reformasi, sebagai pribumi atas ketidaksenangan mereka terhadap kaum masyarakat Tionghoa Indonesia. 

Setelah budaya politik sebelumnya pada masa kolonial belanda, maka identitas budaya dan agama (Sihombing, HKBP - Islam) numpang hidup selalu dimana-mana, menjelaskan mata pencahariannya, setelah berlindung dibalik tembok agama Katolik di Pontianak, bawah mereka tidak berdosa, rajin gereja, dan menjadi pengurus gereja misalnya hasil kolektifitas dan konflik terjadi.

Hal ini menjelaskan adanya perubahan sosial yang layak dipahami dengan adanya persoalan manusia yang berdampak pada moralitas dan etika mereka sebagai kelas sosial rendah sebelumnya, baik itu hasil drama kehidupan sosial di Jakarta guna bertahan hidup apakah sudah terjadi sebelumnya. 

Maka, pembentukan perkotaan pontianak (orang) dan seksualitas pada masa setelah kolonial - Kemerdekaan tepatnya pada masa kemerdekaan RI berbagai paham agama dan ideology komunisme. Semakin berkembang sesuai dengan persaingan dan globalisasi masyarakat ekonomi pontianak, misalnya Batak atau Tionghoa ingin masuk pada seksualitas untuk menguasai ekonomi (mata uang) hasil seksulitas ingin direncanakan.

Menjelaskan adanya kebiadaban mereka selama hidup dengan moralitas dan dramaturgi kehidupan sosial yang dibuat berdasarkan hasil ekonomi, budaya yang menjelaskan adanya ketidaksenangan, tidak memiliki malu para kaum pribumi - Tionghoa yang berurbanisasi untuk menikmati ekonomi perkotaan Tionghoa di Pontianak jelas telah menjadi baik pada pembangunan ekonomi Pontianak saat ini 80an - 2000.

Kemajuaan perkotaan dan Desa, akan sangat berbeda ketika mereka hidup pada ekonomi politik, dan kenikmatan mereka terhadap sistem budaya di masyarakat yang berlangsung berbeda hingga saat ini.  Ketika hal ini menjadi baik dengan adanya moralitas dan etika pada suatu agama tertentu, tanpa mesti memanfaatkan kehidupan sosial dalam suatu identitas budaya dan agama akan semakin baik terjadi.

Kawasan Pontianak, yang masih tidak baik tertata akan berbeda jauh dengan Ibukota Jakarta yang tepatnya penuh dengan persaingan ekonomi, dan moralitas dalam suatu pembangunan yang ada di masyarakat pribumi – Tionghoa.

Hal ini menjelaskan pembangunan perkotaan saat ini akan berdampak pada sistem ekonomi politik dan ketidaksiapan mereka terhadap pembangunan ekonomi kota yang layak dipahami dengan adanya kemajuaan kota Pontianak, dan pembangunan manusia yang berlangsung dari perebutan kekuasaan dan ruang ekonomi dan budaya.

Dalam sistem pembangunan ruko (arsitektur) dan rumah lama Tionghoa masa kini pada tahun 2000 – 2022 saat ini, secara khusus dengan penataan kota Pontianak oleh Walikota Sutarmidji – Edi Rusdi Kamtono 2018 -2023, asli orang Melayu.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close