Peta Konflik : Kekejian Orang Batak – KeTionghoaan Seksualitas Politik Agama (air kudus)

5/05/2022

Kehidupan dari dosa asal nenek moyang menjadi awal dari kehidupan budaya dan agama di Kalimantan Barat. Hidup dengan kepentingan ekonomi makan orang (Batak – Jawa) dimulai dari asimilasi budaya, dan kebrutalan hidup dan perlawanan mereka terhadap agama Kristen dan Islam di Pontianak berasal, dan ketidaktaatnnya.

Hal ini dimulai dari orang Tionghoa (Budha - Konghucu), dan perdagangan yang dibuat di Indonesia dengan adanya dosa asal nenek moyang mereka hingga kesehatan yang terjadi. 

Hukum di Pontianak Tionghoa Lai, tidak dapat berkata apapun berdasarkan keimanan taat sebagai warga Negara Indonesia, rajin gereja dan ibadah rumah tetapi karakteristik dan prilaku tidak sesuai iman (Tokoh agama, KAP).

Hidup makan orang, yang membuat malu di masyarakat dimulai dari masyarakat adat Dayak di Pontianak tentunya tidak mengenakan, apalagi dengan sistem ekonomi politik di kasihani (Jakarta) baik itu persekolahan, perkantoran dan pendidikan di Pontianak,  Indonesia menjelaskan dengan apik.

Tinggal dan hidup pada kelas sosial rendah, dan Lai (notaris) dengan ketaatan iman telah (menjadi sindiran bagi iman kelompok tersebut), dengan hidup suku makan orang dalam suatu perkampungan, dan memberhalakan Tuhan. 

Telah menjadi bagian dalam setiap kehidupan mereka sebagai orang Batak (makan orang) – Tionghoa Pontianak. Guna bertahan hidup di kitab suci, secara kolektif menyerang 2019 - 2022, sebelumnya tidak seperti demikian.

Tangan kotor orang Batak  - Jawa - Dayak - Tionghoa, terutama di birokrasi, tentunya menjadi catatan awal dari keberadaan mereka di masyarakat dengan kelas sosial rendah, di Kota Baru (gereja) – Keluarga Kudus, dan MRPD Pancasila dan KA. Jakarta yang numpang hidup sebelumnya di masyarakat secara menyeluruh  1930an - 1970an.

Orang Batak yang hidup sebagai preman dan Tionghoa Lai (perbatasan), untuk menjadi catatan keberadaan para suku ini di Pontianak dan gereja Katedral, tidak memiliki budaya malu di masyarakat, dan Negara. Pelajari cara betahan hidup sangat menarik adalah dengan satu sekolah, kampus, dan gereja sederhana kebiadaban orang tersebut di Indonesia.

Hidup sebagai (makan orang) – pada agama Budha - Konghucu sebelumnya terhadap kebudayaan nenek moyang mereka berasal sebelumnya di Sumatera, menjadi baik terhadap pengetahuan dan pendalaman iman sebagai orang tidaktaatan pada agama, dalam suatu perkampungan Kapuas hulu, menjadi rencana jahat atas berbagai kesalahan dibuat masa lalu pada tahun 1930an – 1990an tidak mengherankan.

Tidak perlu menjadi baik, tetapi karena kehidupan sosial ekonomi dan politik berasal dari kehidupan mereka, karena tidak menjadi apa – apa, hanya petugas partai Politik PDI Perjuangan, kelas pekerja, petani, pengajar (numpang hidup) KA. Pontianak, medis rendahan di Pontianak (birokrasi) 1990an - 2008.

Peta mata pencaharian sebagai bahan ejekan bagi pekerjaan mereka, dan ahli tanah rumah tangga sungguh tidak menyenagkan, Pengusaha tetapi upah rendah diberbagai wilayah salah satunya Pontianak, dengan pendidikan rendahan, dan kriminalitas (bong - jan genetika) dari konflik dibuat dan  ketidakjujuran bekerja (Batak) memiliki dampak terhadap iman mengereja.

Hasil asimilasi budaya dan agama guna bertahan hidup tampak pada kehidupan awal, dan kelas sosial mereka dalam sistem gereja, atau tempat duduk dapat menjadi catatan bagi mereka yang memiliki kepentingan, atau hanya penggangu. 

Selama covid 19 - Krisis ekonomi 1999 di Pontianak, Indonesia hasil dari utang ekonomi RI selama hidup mengereja, dan budaya, guna dikasihani (tidak pendidikan tinggi), jika iya hanya dengan cara curang atau tidak seperti bangsa miskin dan sukunya sebelum 1930an.

Siapa yang akan menggangu gunung kudus dalam suatu gereja, mesti menjadi hukuman bagi mereka yang melakukan perlawanan terhadap upaya kebijakan gereja, seperti tidak adanya air kudus di gereja MRPD Pancasila, dan KA. Pontianak. 

Untuk bisa menjadi awal kehidupan sosial budaya dan agama di Pontianak, itu adalah suatu peringatan terhadap resistensi dan keberadaan mereka disini. Apalagi jika kejahatan yang dilakukan dan penegakan hukum diganti dengan uang. Tidak terkecuali pada konsumsi makanan, seperti pasar dan lainnya, terutama kaum laki - laki (rumah tangga).


0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close