Berbagai persoalan budaya, akan tampak pada kehidupan sosial mereka di masyarakat, serta perlindungan mereka terhadap aktifitas mereka, pendidikan, konflik sosial, dan kecurangan apa yang mereka buat pada sistem politik beragama, dan berteknologi.
Ketika agama melekatkan mereka akan budaya malu mereka sebagai
suku Dayak, Batak, Jawa, Tionghoa Indonesia sebagai batasan untuk
berprilaku budaya dan agama, sesuai dengan kesadaran dan latar belakang mereka
sebagai manusia, yang hidup pada sistem ekonomi budaya politik Tionghoa
sebelumnya.
Catatan yang penting dalam hal ini jelas, bagaimana mereka
berkumpul, berorgansiasi, berkehidupan, dan beradab sesuai dengan istilah dari
kehidupan mereka saat ini, dengan peletakan pekerjaan orang-orang selama mereka
hidup beragama (Dayak ketika memimpin).
Pandangan politik, menjadi perbedaan tetapi bagaimana perlakukan
mereka terhadap kebijakan sosial budaya, mereka terhadap itu sebagai batasan
mereka hidup ditengah masyarakat Indonesia, berbudaya dan beragama sesuai
dengan tutur kata, dan agama apa yang melekat pada mereka sebenarnya ?, untuk bekerja dan berdoa.
Perlindungan terhadap agama, dan budaya menjadi catatan atas
konflik sosial, budaya, dan kebiadaban mereka selama mereka hidup berbangsa dan
beragama (Katolik, Protestan), dan rampasan apa yang di buat pada sistem pendidikan, dan kesehatan
yang selayaknya bukan ditempat mereka, tetapi hasil buah asimilasi budaya yang
layak dipahami hingga saat ini.
Berbagai pandangan itu, butuh penyadaran diri mereka pada aspek
sosologis, psikologis, dan tatanan sosial telah dirusak sebagai ambisi
mereka terhadap sistem ekonomi budaya masyarakat Tionghoa. Apa yang di tetapkan
hal ini, menjadi perubahan sosial yang menarik untuk dikaji berdasarkan
perolehan mereka terhadap aspek kehidupan di masyarakat.
Apa yang mereka perbuat dalam hal ini, jelasnya kasih yang mereka
terapkan setidaknya hanya sebagai topeng mereka berada, guna bersaing dan ingin
menguasai. Secara pengetahuan, tentunya mereka tidak dapat bersaing pada
tingkat Global. Hal ini jelas bagaimana mereka bersikap, berkehidupan dan
bermasyarakat.
Topeng-topeng kehidupan beragama, dapat dijelaskan pada RT 003 dan tetangganya, di lingkungan terkecil dalam suatu masyarakat berdasarkan kitab, dimulai dari pekerjaan, upah, dan lainnya menggunakan dengan agama dan kepentingan politik.
Serta perlakuan
mereka terhadap aspek manusia sebagai konflik sosial yang mereka perbuat. Termasuk tokoh agama, guna mencapai titipan pesanan mereka untuk hidup beragama dan berbudaya.
0 comments