Berbagai pelanggaran yang dibuat oleh orang Tionghoa pada suatu institusi yang hendak diketahui bagaimana mereka hidup ditengah masyarakat dan berbagai Negara, tidak lain dengan Orang Jawa, Batak, dan Melayu, Tionghoa Pontianak, dibalik tembok tempat ibadah.
Perencanaan kesehatan atau pemusnahan pada sistem kesehatan dengan
standar pendidikan yang buruk Polteq misalnya pada tahun 2009, ketika berbagai
aksi yang dibuat hingga pada sistem kesehatan diterapkan.
Berbagai hal terhadap perlawan politik yang seringkali menjadi
bagian dari ketidakmampuan mereka pada pengetahuan, dan teknologi, sehingga
membuat berbagai lawan politik mereka dan ketidaksenangan pada aspek
pendidikan, rumah ibadah, jelas bagaimana mereka hidup diwilayah Jakarta, dan
Pontianak.
Dengan demikian, rasa malu pada budaya mereka hendak dipahami
dengan adanya Orang Batak Silaban (arsitektur Indonesia), pada agama Islam
Indonesia dan Katolik, serta Protestan jelas bagaimana mereka secara kolektif
hidup guna mendapatkan ekonomi politik dan budaya mereka selama di Indonesia, pada kesehatan sosial mereka.
Hasil mereka peroleh itu menjadi pertanda dengan adanya suatu
kegiatan keagamaan yang jelas tidak melihat kondisi dan standar kesehatan yang
terlibat pada individu, jelas bagaimana mereka hidup pada tembok gereja MRPD
Pancasila, dan pendirian bangsa Indonesia ( Pontianak), dari hasil seksualitas.
Pembangunan politik seksualitas jelas bagaimana mereka hidup di pedesaan,
dengan pengetahuan yang tidak baik, atau bahkan menjadi pembangunan manusia
dalam persaingan antar Negara. Jelas hal ini dengan kondisi mereka yang dibuat,
dalam melihat konflik yang mereka rencanakan, St. Katedral, Pontianak –
Pedesaan.
Sistem pendidikan itu dimulai dengan adanya pelanggaran dan
ketidaksenangan yang berujung pada aspek kehidupan sosial budaya, mereka di
berbagai Negara. Hendak dipahami bagaimana mereka hidup, dan menggunakan
fasilitas, teknologi, dengan demikian rasa dan budaya malu mereka terhadap
pembangunan sebelumnya memang beraawal dari Orang Tionghoa di Indonesia.
Bagaimana mereka hidup, dengan konflik yang mereka buat, serta
aspek kehidupan budaya mereka terhadap kontrol seksualitas mereka di Indonesia,
penjara, rumah sakit, dan pendidikan jelas bagaimana mereka hidup dengan aspek
kepentingan ekonomi politik seksualitas (Tionghoa, Jawa, Dayak, Batak hasil partai PDI Perjuangan dan Golkar) yang mempengaruhi mereka, selama mereka hidup berbudaya dan agama.
Sebagian tokoh agama akan lekat dengan kepentingan filsafat mereka
yang hendak dipahami keberadaan mereka sebagai tokoh agama, hingga bagaimana
mereka bersikap artistik, dan memiliki seni yang tinggi terhadap perbedaan
budaya dan agama di masyarakat Indonesia, secara khusus Kalimantan Barat.
Persaingan terhadap orang itu, dalam penyalahgunaan kekuasaan,
birokrasi, serta konflik yang mereka buat, guna mengakses ekonomi masyarakat
Barat, tepat di Amerika Serikat, RRT, Eropa, dan lainnya. Jelas bagaimana
mereka hidup dan memperlakukan orang dalam perbedaan yang jelas mereka yang
hidup selama di Kalimantan Barat, Indonesia melalui pendidikan dan kesehatan.
0 comments