Pembentukan Moralitas Dan Kehidupan Budaya Di Masyarakat Pontianak

3/21/2022

Budaya organisasi akan tampak dari kualitas sumber daya manusia, dengan berbagai kegiatan yang diterapkan saat ini. Jika hal ini berada pada kondisi masyarakat lokal, akan berbeda dengan adanya masyarakat budaya terhadap peran sosial di masyarakat lokal saat ini.

Tetapi, ketika memahami katakteristik masyarakat lokal, akan berbeda dengan budaya lama yang kerabkali terjadi saat ini. Budaya lokal, yang begitu brutal dan bringas, seperti masyarakat suku Batak – Tionghoa – Dayak dan Melayu (orang) di Kalimantan Barat misalnya tampak dengan adanya agama maka mereka bertobat.

Fakta yang dipahami bagaimana kehidupan sosial terjadi dengan alamiah serta psikologis mereka sebagai makan orang, sebelum masa kolonial Belanda, kemerdekaan dan masa Reformasi. Hal ini membuktikan adanya peran kehidupan dalam setiap peristiwa rencana kotor budaya lokal terutama di Jakarta.

Menjelaskan berbagai hal terkait dengan sistem birokrasi, kelas pekerja, tentunya. Maka, berbagai hal terkait dengan moralitas dan etika, serta kenikmatan dan kekuasaan menjadi suatu kesadaran terhadap masing – masing individu, akademik, dan agama dalam menjalankan perannya di masyarakat, terutama guna mengundang simpati di khalayak umum.

Berbagai kepentingan itu juga, moralitas tersebut berada pada kondisi masyarakat lokal yang memiliki kepentingan ekonomi, dan seksualitas, serta pekerjaan mereka. Maka, tampak bagaimana mereka berproses terhadap makna dalam suatu agama, dan bagaimana bertemu dan beretika terutama untuk memahami peran mereka di masyarakat, dengan pendidikan dan kelas sosial mereka sebelumnya.

Suatu kesadaran terhadap moralitas merupakan paling penting terhadap kehidupan sosial di masyarakat secara umum. Dengan adanya peran di masyarakat, yang dengan lancang untuk berhubungan percintaan misalnya moralitas dan etika hilang dari kedua orang tuanya. 

Sebut saja orang batak Sihombing  (keburukannya), dengan latar belakang keluarga dari kelas sosial rendah, serta agama (Islam - Protestan - Budha - Katolik di Pontianak) dan pendidikan yang rendah pula, seperti itu dengan keyakinan mereka.

Hal ini menjelaskan fenomena dan kesehatan mental dan sosial mereka sebagai suatu kesadaran diri, dan prosesnya bertahan hidup mereka di masyarakat dalam pembentukan kota Pontianak 2002 – 2008 menjelaskan kehidupan ekonomi, budaya dan agama sebagai awal dari moralitas dan spritualitas mereka di masyarakat secara umum, aktif di organisasi, dan gereja misalnya tetapi tidak tampak baik bagi umat beragamanya.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close