Pornografi Tubuh, Ketelanjangan Politik Mengenai Ideologi Pancasila

12/22/2020

Pemahaman yang menarik ketika berbagai persoalan terkait dengan tubuh manusia dengan kepentingan politik, maka yang dihindari adalah atas ideologi penguasa bahkan lebih tampak dalam produk media cetak, majalah maupun surat kabar, serta papan nama yang tertera pada ideology bangsa.

Media televisi di hindari maka, berbagai persoalan terkait dengan wilayah mana yang sakral untuk tidak disentuh, untuk tidak dipersepsi secara kritis, pada masa politik Indonesia terutama untuk wilayah Kalimantan Barat, menarik untuk dipahami dengan media kritis yang berlangsung di masyarakat, hendaknya menjadi bagian dari lingkaran kekuasaan.

Para pemilik surat kabar, dan majalah lebih berjarak justru kerab di dekati oleh lembaga telepon, sebagai bayang-bayang untuk perizinan  yang menjadi momok untuk berdirinya manfaat media yang baik bagi bangsa, seperti saat ini Mata Najwa telah menjadi perhatian media massa, oleh politikus atas pembangunan starup yang dirintisnya, atau pengusaha yang menjadi daya Tarik terhadap pekerjaannya.

Argumentasi yang disampaikan bukan pada persoalan hukum, melainkan politik atau logika hukum yang disetir kepentingan politik. Sementara, yang menarik ketika ngopi saja menjadi karakteritik para politikus yang diperhatikan hingga saat ini.

Perubahan yang dinamis semakin tampak dengan berita-berita yang sampaikan secara penuh dengan ucapan dan ungkapan para pejabat politik terhadap peran akademisi, seringkali pejabat politik yang sedang berkuasa.

Pernyataannya adalah hanya satu statement muasalnya juga dari state, Negara tepatnya pemerintah, sementara kenyataan terkait dengan fakta jurnalistik, real dan realitas. Analogi yang bisa disampaikan adalah mengenai gunting pita yang membentang dengan makna bahwa bisa bermakna busung lapar, melarat deficit, bencana, banjir dan seterusnya.

Yang tidak hanya sebatas sukses sebagaimana dimaknakan dalam ritus gunting pita. Media televise dalam hal ini diamati dengan politik yang berarah pada persoalan hukum, serta sama-sama mencetak eufimisme.

Berbagai persoalan dari bencana tersebut tentunya mengarah pada bahasa ilmiah erosi geografi, padahal jelas mengenai pengundulan hutan oleh kroni penguasa. Pada situasi perpolitikan Indonesia, akan jelas tampak menempatkan penguasa makin menumpuk dan memupuk kekuasaannya, ekonomi media, ekonomi komunikasi media massa Indonesia, cendrung mengambil jalan aman.

Yang dalam hal ini jalan aman, adalah bermain-main dengan bahasa atau kalimat yang bermakna, serta bersyair, itu menjadi pemajuan saat ini mengenai media. Perubahan tampak pada kekuasaan dengan berbagai peran yang disertai perubahan, akan berbeda dengan makna yang memang terekam pada jejak di konsumsi masyarakat, baik tidaknya merupakan hasil dari sistim tatanan budaya massa yang diciptakan.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close