Toleransi, Sains Pada Praktik Indonesia

2/20/2021

Beberapa tahun untuk menyaingi berbagai partai politik di Amerika Serikat, maka telah jelas visi yang dijalankan dalam merencanakan berbagai rencana negatif, serta pro dan kontra dari partai di Kalimantan Barat, misalnya pada  partai PDI Perjuangan, Golkar dan Demokrat yang memang masing-masing mendapatkan dukungan dari Nasional.

Telah diketahui praktik penyelewengan kekuasaan yang dibuat di Kalimantan Barat, dengan menggunakan sistem pendidikan katolik dan keterlibatan para pastor dan pendeta yang ada dalam melihat berbagai praktik kotor yang digunakan.

Salah satunya, adalah sistem produksi yang diakses oleh suku Batak, temuan terutama Silaban tentunya akan berdampak nilai jelek terhadap praktik partai PDI Perjuangan di Kalimantan Barat, 2006-2016 berlanjut dalam pendidikan karakter yang dibuat berdasarkan aspek agama yang dipercayai.

Salah satu menjadi dukungan yang dibuat adalah campur tangan orang Melayu terhadap konflik yang dibuat dari perangkat Desa, kota hingga kerajaan yang melibatkan berbagai koalisi yang dibangun berdasarkan aspek partai yang dibangun ketika itu.

Selama pemerintahan itu, hasil pajak yang dibuat tidak difasilitasi dengan baik, tetapi digunakan sebagai manfaat politik yang mempengaruhi berbagai hasil pendapatan yang dibuat, dengan keterlibatan orang Tionghoa di Kalimantan Barat, yang pro terhadap sistem pemerintahan yang dibuat.

Berbagai peluang kesehatan apa yang bisa dibuat mereka ketika hingga menjadi daftar tunggu terhadap aspek ekonomi yang mereka perbuat dengan temuan yang didapat berdasarkan hasil kajian dari masyarakat di perkotaan.

Kebijakan Pada Masa Belanda

Tetapi Berlanjut, pada gagasan mengenai masa kolonial Belanda ketika pembangunan gereja memang memiliki arti penting terhadap kebebasan beragama. Hal ini telah terjadi pada tahun 1579, kebebasan hati nurani yang telah di jamin oleh pasal 13 dari Uni Utrecht, Kini berbeda jauh dengan aspek kekuasaan yang diperebutkan dengan kepentingan ekonomi politik dan kekuasaan, menjadi partai hati nurani rakyat pada tahun 2010an berlanjut pada penguasaan militer di Indonesia, pada tingkat Nasional dan Lokal.

Penyebaran sekte menjadi otoritas Belanda dan takut dengan penyebaran sekte Protestan yang ada pada luasr tradisi mereka, terutama akses ekonomi dalam suatu lingkungan masyarakat, gereja dan berbagai aspek pemerintahannya. Hal ini, merupakan efek jera dari hasil perlawanannya  ketika Luther menantang agama Islam dan katolik dalam kebiadaban paham mereka.

Suasana keibadatan yang kini telah dilakukan untuk tidak melibatkan berbagai hubungan keluarga serta tidak untuk praktik sah untuk pembaharuan Belanda di Negara itu. Penganiyaan yang dilakukan masing-masing suku terutama Batak dan Tionghoa dan agama mungkin mendukung apa menjadi bagian dari sistem kekerasan yang dibuat.  

Dengan, melalui konsumsi makanan yang dibuat di berbagai lingkungan termasuk pada rumah tangga, kegiatan gereja, dan merupakan hasil dari resistensi dan ketidaksenangan mereka terhadap orang yang menyakini gereja, hal ini dapat ditemui di gereja-gereja Katolik dan Protestan, termasuk agama Islam  yang pro terhadap partai dan golongan tersebut.

Perbedaanya dapat diketahui dengan berbagai akses ekonomi politik yang dijalankan hingga saat ini, termasuk dengan kekuasaan hak atas pangan, air dan tanah, sebagai kebutuhan yang memang berada pada akses sosial politik di masyarakat.

Kekerasan Politik Yang Terjadi

Pada tahun 1990an pada krisis ekonomi terjadi di Indonesia, bagaimana situasi di Kalimantan barat teruatama oleh orang melayu, dengan mencurahkan berbagai aspek kepentingan mereka, dengan menganiyaya serta kekerasan yang dibuat pada pemerintahan walikota Pontianak, Batak Siregar dengan demikian mereka dari tanah Batak dan rantauan dari DKI Jakarta akhirnya berbondong-bondong datang ke Pontianak dan untuk tinggal, sebagai jalanya urbanisasi.

Keterlibatan mereka, dengan menghancurkan rumah, serta berbagai peristiwa kebakaran terjadi, pada masa pemerintahan PDI Perjuangan, dan Golkar serta berbagai temuan yang terjadi dengan mendatangi polisi karena suatu kejadian yang dibuat pada masa pemerintahan di Provinsi.

Mungkin, mereka membuat berbagai scenario kejahatan dalam sistem partai yang mereka perbuat, temuan itu terjadi pada masa pergantian politik di masing-masing partai. Hal ini jelas bahwa persoalan yang mereka perbuat ntah itu dari partai, giolongan dan suku. Kebiadaban mereka, tentunya dengan cara yang salah untuk mengakses sumber ekonomi politik yang ada di pedesaan dan perkotaan.

Berlanjut untuk masa saat ini ketika berbagai pengalaman politik yang berlangsung lama, akan diketahui dengan berbagai aspek kepentingan umum, dengan memiliki pengetahuan bukannya lebih baik untuk dipahami, tetapi semakin biadab, hal ini dapat ditemui pada masyarakat golongan bawah suku Batak.

Bagaimana dengan masyarakat Jawa, hal ini tentunya menjadi tradisi atas apa yang mereka lakukan dengan berbagai akses pendidikan dan kesehatan di Kalimantan Barat. Politik berlanjut dengan menggunakan agama sebagai peran dari mereka untuk menutupi kekerasan yang mereka lakukan, baik itu Kristen dan Protestan, serta Islam, masing-masing menggunakan ideology Ketuhanan mereka terhadap aspek pemahaman politik yang dibuat.

Proses pengaduan domba masing-masing rumah sakit memang akan tetap terjadi, misalnya yang pro pada masa pemerintahan di daerah dengan partai politik tertentu, maka akan berobat kesehatan di rumah sakit swasta, dan pemerintah.

Hal ini menjadi temuan ketika masing-masing kepala suku di Kalimantan Barat, mendapat bagian mereka terhadap politik yang dibuat PDI Perjuangan. Tetapi hasilnya apa, tentunya membentuk sistem kekerasan Kristen dan Katolik sebagai jalan terhadap perlawannnya dengan Islam yang kataya tidak melakukan kekerasan.

 Pengetahuan Ilmiah

Ketika, tidak memahami agama pola pemikiran mereka akan pada aspek ketidakpercayaan terhadap Tuhan, maka mengarah pada aspek keilmuwan dan menjadi ateis. Berbagai hal terkait dengan pengetahuan yang mereka miliki dengan pola prilaku mereka terhadap aspek pengetahuan dari pendidikan dan kesehatan yang hingga kini tentunya mengarah pada sains dan pseudosains.

Batas antara sains, dan pseudosains memiliki implikasi filosofi dan ilmiah, sementara perbedaan sains dari pseudosains memiliki implikasi praktis seperti dalam kasus perawatan kesehatan, kesaksian ahli, kebijakan dan pendidikan sains sendiri.

Oleh karena itu, membedakan fakta dan teori ilmiah dan keyakinan sains semu, seperti yang ditemukan dalam penolakan perubahan iklim, astrologi (ilmu perbintangan), alkimia dan pengobatan alternative adalah bagian dari pendidikan sains dan literasi ilmiah yang perlu dipahami di masyarakat.

Pada Negara Maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok yang telah mengembangkan berbagai teknologi kesehatan, dan para ilmuwannya memiliki dedikasi tinggi terhadap apa yang dibuat dalam membantu kesehatan umat manusia, hal ini dengan jelas apa yang menjadi pengetahuan terhadap aspek mereka dibidang kesehatan, pendidikan dan teknologi.

Di Indonesia, dengan berbagai ragam manusia dengan agama, suku, yang membedakan masing-masing pengobatan yang diterapkan dengan saat ini yang memiliki potensi terhadap berbagai persoalan kesehatan dan pendidikan di masyarakat. Tidak heran jika pejabat Negara Indonesia banyak yang memiliki pengobatan di luar Negeri.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close