Pada suatu ilmu pengetahuan akan tampak dengan aspek budaya di masyarakat, yang menentukan dinamika budaya yang lekat pada aspek kehidupan sosial politik dalam ekonomi diterapkan. Saat ini, dengan berbagai hal terkait dengan sistem itu juga, akan melekat pada dinamika budaya yang hendak dipahami pada masyarakat suku.
Pada dinamika suatu budaya, kebijakan sosial, serta upaya nilai
kehidupan yang layak dipahami dengan sistem pemahaman pada manusianya. Hendak
diketahui bagaimana, kehidupan sosial akan melekat pada masing-masing budaya
dan konflik sosial, pada masyarakat Batak.
Masyarakat Batak, dipahami bagaimana mereka hidup berpindah dengan
adanya ekonomi politik dimana mereka berada. Hal ini tampak dengan sistem
sosial yang mereka terapkan, dan hasil konsumsi yang mereka terima, berdasarkan
budaya dan agama (suku).
Hal ini, tampak dengan aspek kebudayaan mereka dengan cara hidup berkeluarga, bermasyarakat, dan mengereja Protestan-Islam, dan sistem kesehatan yang menjadi catatan untuk mereka hidup diberbagai wilayah.
Akan tampak bagaimana mereka hidup di tengah masyarakat, dengan budaya
dan tiada rasa pada budaya (Sihombing, Pontianak Indonesia) Pada periode 2000-2021,
bagaimana pola kehidupan masyarakat, dari masa ke masa, dengan berlindung
dibalik budaya dan agama.
Dapat diketahui bagaimana ketiadaan mereka, cara hidup dan konflik
yang mereka buat pada masa lalu, akan tampak dengan persoalan ekonomi politik
di DKI Jakarta, Hal ini menjadi penting sebagai catatan hingga bagian ruang terkecil
pada perangan birokrasi dari tingkat RT melalui komunikasi atau Handphone yang
mereka gunakan, pada pemerintahan Indonesia.
Konflik yang mereka buat, diantara dan dugaan rencana, dan drama
melalui alat komunikasi yang mereka terapkan, hingga membuat konflik dalam
ruang lingkung terkecil dalam suatu sistem tatanan sosial budaya, guna
mendapatkan simpati di masyarakat pada suku Batak Sihombing, Pontianak
Indonesia.
Konflik yang dibuat sejumlah orang Islam - Kristen Protestan - Katolik menjadi penting terhadap dinamika budaya yang mereka terapkan, untuk mencari hidup dan budaya yang tidak lepas hubungan ekonomi politik.
Terkait dengan karakteristik pembangunan manusia berdasarkan agama, dari ketidakpatuhan terhadap moral, etika, serta lainnya dengan dihubungkan pada penghasilan ekonomi saat ini (Indonesia, Kalimantan
Barat).
Konsep pada pembangunan manusia, tampak dengan catatan selama
mereka hidup, dan kontribusi mereka dalam sistem ekonomi, sosial, budaya dan
agama, yang melekat pada peran apa yang dapat disampaikan pada masa ini.
Konflik yang dibuat hendakya dipahami pada masyarakat Jawa - Batak, (Orang Marpaung), untuk berlidung dibalik hukum Negara, pada asalnya mereka
membuat konflik dan agama, dan ekonomi yang menjadi catatan bagi kehidupan
mereka di masyarakat dan berbudaya.
Perubahan apa yang mereka buat selama hidup berbudaya dan beragama, dengan kesukuan, dan pekerjaan mereka terhadap Tuhan. Pengetahuan semakin maju, dan dengan mudah mereka memanfaatkan pengetahuan dengan cara yang tidak baik, Marpaung( Jawa), Pontianak, Sihombing.
Untuk meraih
kelas sosial, hingga pekerjaan yang baik tampak bagaimana mereka hidup, dengan
kebijakan dan dilema genetika mereka terhadap ilmu pengetahuan. Disamping
dengan kehidupan mereka, selama hidup pada ajaran agama dan budaya,
1990an-2021, di Kalimantan Barat.
Manfaat yang mereka gunakan dalam adalah melalui ajaran agama, Kristen – Islam pada pembangunan manusianya, hingga mencapai ketidaksadaran terhadap aspek pengetahuan yang mereka terapkan, pada budaya (Makan Orang) terus berkembang.
Untuk menghilangkan stigma konflik sosial, ekonomi, dan politik, kebijakan di DKI Jakarta - Kalimantan - Jawa, yang telah menjadi catatan atas kehidupan berbudaya dan beragama, pada pasa kolonial dan kemerdekaan Indonesia, maka dilangsungkan pada konsep (Agama, Indonesia).
Adanya orang Tionghoa, juga memanfaatkan agama dalam kehidupan mereka pada suatu prinsip ekonomi, dan budaya dan tidak berbeda jauh pada asimilasi budaya Tionghoa - Batak, pada pembangunan ekonomi budaya.
0 comments