Tionghoa Hakka – Dayak Hilir – Hulu

7/04/2022

Kehidupan sosial dipelajari sebagai seorang Hakka dan Hokien (Tionghoa, Indonesia) - pribumi, dengan etika dan moral yang begitu rendah pada kelas sosial di Indonesia, akan berbeda ketika berada di Tiongkok, itu yang ditemui pada tahun 2002 di Pontianak. Bagaimana kehidupan notaris, dan pertokoan yang dibangun berdasarkan kelas sosial rendah di Pontianak – pedalaman.

Kehidupan birokrasi, dan numpang hidup persekolahan dan rumah sakit, baik itu pemerintah dan swasta. Kehidupan menyedihkan pada peristiwa percintaan dan tidak disadari etika dan moralitas sebagai orang tua, dan orang sebagai Jawa - Tionghoa muslim - Konghucu - Budha sebelumnya  pendidik pedalaman sebelumnya 70an.

Hal yang menarik ketika menggunakan seksualitas dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Hokkien Jakarta, yang mengasingkan diri dalam sistem perdagangan dan ekonomi perkotaan di Jakarta – Pontianak. Kali ini, dengan menggunakan iman, kelompok dan organisasi dalam kehidupan beragama serta konflik sosial, dan ekonomi (utang).  

Aspek kehidupan sosial mereka ketika bekerja, di sini. Pada saat ini tentunya tokoh agama OFM. Cap, suatu nama yang telah meninggal orangnya dalam kehidupan panggilan imamat, yang enggan meresmikan pernikahan. 

Perusakaan seksualitas, spritualitas selama saya di Pontianak terjadi, Orang Silaban (perompak kapal) yang hidup di Pontianak saat ini, bersekolah di SMU 2. Kehidupan bisnis tentunya sudah menjadi pelajaran buat saya selama di sini, apalagi di Ibukota Jakarta dengan kebuasaan manusianya, baik itu pekerja, dan intelektual, dan sistem pemerintahan.

Tokoh Agama, Ekonomi Politik     

Tokoh agama Katolik, telah menjadi catatan terhadap kehidupan budaya dan agama mereka, yang kini rumah sakit, pendidikan dan pekerjaan yang kini telah numpang hidup yang digunakan masyarakat Tionghoa Hakka – Hokkien, Orang Jawa, dan Dayak Hilir – hulu. 

Hal ini, telah menjelaskan bagaimana mereka hidup pada ekonomi rendah (UMR di Pontianak), mata pencaharian digunakan pada transportasi darat - air, dan konsumsi pada pedesaan, setelah reformasi – krisis ekonomi pribumi (Indonesia), maka ekonomi Barat di Jakarta terjadi banjir untuk menjadi pekerja (lowongan), anak bos (pertokoan) - pegawai dan lainnya urbansiasi untuk mendapatkan hasil yang lebih.

Kehidupan awal menjadi baik, terhadap berbagai aspek kehidupan sosial budaya pada masyarakat perkotaan di Katedral Pontianak lebih sering disini,  kebetulan dominan pada masyarakat Tionghoa Hakka disini, sebagai pastor muda tentunya belum mengenal iman kristiani yang baik terhadap umatnya.

Perjalanan misi sebagai orang Tionghoa Indonesia tentunya menghantarkan berbagai gerakan politik, dan kepentingan ekonomi pada masyarakat Jakarta, yang meliputi aspek kehidupan budaya, dan masyarakat sosial di Keuskupan Agung Pontianak - Jakarta. Isu sosial pun dilakukan dalam bekerja, pendidikan dan ekonomi, krisis sebagai awal dari masyarakat kristiani - Muslim di MRPD Pancasila.

Bagaimana mereka hidup pada sebelum kemerdekaan – Orde Baru – Reformasi, dan ekonomi (utang) terhadap seorang kebaikan yang layak menjadi pertanyaan, atau drama kehidupan sosial politik yang enggan diketahui siapa orangnya, pada kelas sosial rendah (Orang Jawa) atau bukan keraton.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close