Sejarah dan Masyarakat Tionghoa Bandung

1/19/2018

Bandung atau dengan istilah Bumi Pasundan, yang tak hanya milik satu etnis saja. Di sana pula lahir keragaman dari orang tionghoa yang mencoba menyelamatkan diri dari perang. Chinatown Bandung yang berada di Jalan Kelenteng No 41, Kecamatan Andir, Kota Bandung, kini menjadi destinasi wisata baru yang tengah hits di masyarakat.


Selain terdapat bangunan, toko dan pedagang makanan, di tempat ini juga terdapat sebuah ruangan yang dijadikan sebuah mini museum. Di dalam museum terdapat sebuah tembok sejarah mengenai keberadaan etnis tionghoa di Indonesia hingga akhirnya menetap di Kota Bandung. Menarik yang dapat dilihat dari dalam tembok tersebut disebutkan jika bangsa tionghoa pertama kali datang ke Indonesia melalui ekspedisi Cheng Hoo tahun 1405-1433 dengan membuka jalur sutra dan keramik. Sejak itu bangsa tionghoa mulai berdatangan dan membangun pecinan di Pulau Jawa.

Masyarakat tionghoa pindah ke Bandung saat terjadi Perang Diponegoro tahun 1925. Sebagian besar tinggal di Jalan Suniaraja dan Jalan Pecinan Lama. Mereka menetap dan mencari nafkah hingga akhirnya menyebar ke Jalan Kelenteng pada tahun 1885. Pecinan pertama di Jalan Kelenteng ditandai dengan pembangunan Vihara Setya Budhi. Pecinan Bandung berkembang pesat pada tahun 1905 saat warga tionghoa mulai berdagang di Pasar Baru. 

Pada eranya setiap pecinaan dipimpin oleh Wijkmeester. Beberapa di antaranya adalah Thung Pek Koey di Suniaraja, Tan Nyim Coy di Citepus. Sementara wilayah Bandung dipimpin oleh Luitennant Tan Djoen Liong. Beberapa nama pemimpin tersebut kini masih diabadikan sebagai nama daerah seperti Goan Ann dan Jap Lun di Kecamatan Andir. Menurut, Budayawan Tiongkok Soeria Disastra mengatakan bahwa pada abad 19 tidak ada batasan antara warga tionghoa dan pribumi. Namun, ketika itu pemerintahan Belanda merasa tidak senang hingga kedua pihak dipisahkan dari segi ekonomi. 

Sementara, masyarakat tionghoa dijadikan perantara perekonomian bangsa Eropa dan pribumi dalam perdagangan rempah-rempah. Lama kelamaan kedekatan itu memudar," beber Soria seperti dikutip dalam tembok sejarah. Saat itu Bandung dipisahkan menjadi utara dan selatan dengan rel kereta yang membentang dari Cimahi hingga Kiaracondong. Wilayah utara dikuasai Belanda sedangkan selatan oleh pribumi dan warga asing. Dan hingga kini potret harmonis antara tionghoa dan pribumi masih terjalin di Indonesia khususnya Bandung. 




\

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close