Lumpia Semarang : Perpaduan Rasa Tiongkok dan Indonesia

2/15/2018

Indonesia kaya akan tradisi kuliner. Dari Sabang sampai Merauke, kita bisa menemukan sajian-sajian khas Nusantara. Kenikmatan kuliner Indonesia pun tercium hingga ke penjuru dunia. Seorang Antropolog asal Australia, Angie Bexley, bahkan melakukan penelitian pada 2014 silam saking tertariknya dia terhadap kuliner Tanah Air. 

Kemudian, koki asal Indonesia itu terlibat dalam proyek yang mengeksplorasi ramuan dan metode memasak ala Indonesia. Kuliner tersebut, merupakan perpaduan budaya asli Tionghoa dan Jawa. Mereka menyatu dalam cita rasa. Mulanya, Tjoa Thay Joe, lelaki kelahiran provinsi Fujian Tiongkok, memutuskan untuk tinggal dan menetap di Semarang. 


Di kota yang dijuluki sebagai The Vort of Java itu, Tjoa Thay Joe membuka bisnis kuliner. Dia menjual makanan pelengkap berisi daging babi dan rebung. Tjoa Thay Joe kemudian bertemu seorang perempuan asli Jawa bernama Wasih. Wasih adalah perempuan Jawa yang juga berjualan makanan yang hampir sama, hanya rasanya lebih manis, berisi kentang dan udang.


Dari rendang di Sumatera Barat, gudeg di Solo, pempek di Palembang, dodol di Garut, sampai gado-gado di Jakarta, Indonesia adalah surga bagi para pencinta kuliner. Hanya, sangat disayangkan kalau lumpia atau juga yang dikenal dengan lumpia, adalah salah satu kuliner istimewa kota Semarang,dan hal ini hendak diakui sebagai makanan tradisional Malaysia. 

Jika berdasarkan penelusuran sejarahnya, dapat dikenal dengan kenikmatan rasa lunpia adalah perpaduan rasa' antara Tiongkok dan Indonesia. Lumpia Semarang, merupakan makanan sejenis rollade ini berisi rebung, telur, daging ayam, atau udang. Sebagai makanan khas daerah Semarang, keberadaan lumpia mendapat saingan dari berbagai kota. Namun, kuliner lumpia mampu bertahan sebagai makanan khas Kota Semarang, dan semakin digemari oleh masyarakat hingga saat ini. 

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close