Selama pemerintahan Presiden Jokowi hingga saat ini, dengan berbagai pengetahuan yang dimiliki untuk menyaingi berbagai aspek terhadap pengetahuan seperti kesehatan dan pendidikan, tentunya menuai berbagai hal terkait identitas kesukuan dan keagamaan yang mereka terapkan pada selama 2011 yang lalu hingga saat ini.
Bisa
diketahui bahwa berbagai potensi di siagakan oleh berbagai pakar pendidikan
terhadap pembangunan manusia. Dengan berbagai kerakusan yang dipimpin oleh
berbagai hasil pajak yang diterima, serta mobilisasi massa yang menuaikan
berbagai kerishuan di Kalimantan Darat, tepatnya lagi di wilayah kerja Partai
Demokrat dan Golkar.
Berbagai hal
terkait tersebut, dengan persoalan terkait dengan kebijakan yang dibuat
hendaknya memiliki potensi terhadap persoalan dinamika budaya dan agama yang
melekat pada masing-masing suku mereka sebagai alat dalam suatu kebudayaan.
Berbagai
potensi yang diterima oleh suku Dayak atau orang yang dalam hal ini dapat
diketahui dengan baik, bahwa pendukungnya dengan berbagai elemen masyarakat,
pendidikan mereka datang untuk berpartisipasi sebagai istilah dalam pengajaran
diberbagai sekolah.
Jauh dari
tanah toba itu, perubahan yang dibuat oleh mereka, dapat diketahui pekerjaannya
ketika berada di Ibukota Jakarta, berteriak dengan persoalan kebijakan, hasil
investasi, serta persoalan hak masyarakat adat yang memang memiliki potensi
untuk termarjinalkan.
Berbagai
konflik akan berdampak pada daerah, yang dibuat dengan konflik massa serta
pendukungnya, hal ini memang membuat keributan dengan identitas mereka terhadap
berbagai hal terkait alat produksi mereka.
Bagaimana
mereka bertahan diberbagai wilayah, tentunya dengan beramai-ramai atau
beriringan dengan aspek dinamika budaya mereka, serta asset yang mereka miliki
dengan berbagai hal, kemudian menciptakan konflik yang hendaknya mereka perbuat
dengan sistem politik yang diterapkan.
Artinya dalam
hal ini politik gerakan bawah tanah, siapa yang tidak mengetahuinya. Dengan keterlibatan
Golkar dan PDI Perjuangan dalam hal ini konflik tercipta diberbagai daerah,
sementara pajak tetap menjadi andalan mereka untuk bisa hidup dengan aspek mereka
miliki saat ini. Itulah sistem kesultanan yang mereka terapkan, sistem kerajaan
yang dihasilkan dari keringat rakyat.
Sementara,
untuk para Kapitalisme, Boss, dalam hal ini pemilik perusahaan tentunya
memahami aspek apa yang dipunyai mereka dalam mengakses berbagai hal terkait
dengan teknologi, serta kebutuhan mereka yang layaknya menjadi pemicu untuk
memperebutkan alat produksi mereka.
Negosiasi
antar partai juga muncul diberbagai wilayah, hal ini memang berbagai kadernya
memang memilih dan berpindah-pindah partai. Menciptakan sesuatu hal tersebut
akan diterapkan dengan berbagai kondisi yang mereka tuangkan dengan berbagai
karakteristik serta persoalan dari dinamika sosial mereka di masyarakat.
Persoalan
politik memang selayaknya muncul ketika persoalan dari sistem tatanan politik
yang hendaknya mereka rencakan diberbagai tempat, memang tidak akan mengetahuai
apa yang sebenarnya rencana mereka terhadap aspek ekonomi politik yang
diterapkan di berbagai lingkungan mereka.
Dengan kata
lain, berbagai hal terkait dengan konflik, memang sewajarnya dapat dipahami
dengan berbagai hal terkait dengan kebijakan yang mereka perbuat untuk mencapai
suatu dialog terhadap aspek kesehatan dan pendidikan.
Sementara,
dalam hal ini dengan catatan bahwa mereka memang membuat koalisi dengan
berbagai tujuan terhadap perang yang mereka perbuat. Bagaimana dengan antar
suku Jawa yang memang menerapkan berbagai hal terkait hal ini, tidak lepas dari
persoalan mereka diberbagai Negara bagian, apa yang bisa disaingi dengan sistem
yang minim sekali.
Bagaimana
dengan kebutuhan pihak swasta dibidang kesehatan dan pendidikan memang berada
pada persoalan yang sama, setidaknya yang memiliki kepentingan politik, serta
berbagai pekerjaan dan proyek yang mesti di kerjakan, lebih baik diluar Negara
sendiri ketimbang harus ada konflik kepentingan di dalamnnya.
Kerugian yang
dicapai memang tidak sedikit sedangkan hal ini memang berada kondisi
masyarakatnya, siapa yang bisa dipercaya dalam hal ini. Dari awal memang mereka
yang dapat diberbagai wilayah selalu membuat keributan, dan faktanya demikian.
Sepertinya konsep untuk memahami moral mesti diterapkan, dengan bidang yang
diperoleh untuk tidak mengambil tempat itu.
Kebudayaan
yang saling bertemu dengan berbagai sistem budaya yang diterapkan merupakan
hasil dari yang dapat diketahui dengan baik sesuai dengan kebijakan dibuat.
0 comments