Bagaimana Urbanisasi Masyarakat Jawa, Dayak dan Batak ?

1/25/2021

Urbanisasi merupakan cara Negara untuk menyelesaikan persoalan masyarakat Jawa yang terkena bencana, dan berbagai dampak pada kondisi mereka di Jawa, sedangkan masyarakat Batak merantau untuk mencari kehidupan dengan berbagai kondisi politik agama mereka, yaitu perlawanan mereka terhadap Vatikan, Roma.

Berbagai kemajuan pengetahuan yang mereka miliki tentunya berbeda, dan campur tangan untuk adanya kesadaran diri masyarakat mereka mengatasnamakan sistem kesukuan. Di Kalimantan Barat, yang mempersilakan mereka masuk untuk mengajar di pendidikan katolik., tepatnya persekolahan Gembala Baik, bermarga Batak, yang hendak diketahui proses pendidikan di Kalimantan Barat, dengan kondisi politik saat ini.

Ketika, berbagai kebudayaan pada masyarakat Jawa di Kalimantan Barat, tentunya menuai serta menghasilkan berbagai persoalan, diberbagai bidang pendidikan yang mesti menjadi perubahan maka, keributan di berbagai akses ekonomi, dan politik yang mereka buat, tentunya untuk menarik pajak dari pendidikan dan kesehatan, yang Pro dengan Politik Golkar dan PDI Perjuangan, yang dibuat berdasarkan kebijakan dibuat pada tingkat Lokal,  Nasional, suatu Negara.  

Berdasarkan catatan yang hendak diketahui tidak hanya di bidang itu saja, berbagai fasilitas kesehatan tentunya akan mempengaruhi masuknya mereka dengan sistem yang diterima di berbagai wilayah, dan Jika untuk membangun Desa, silakan membangun di Tanah sendiri, wilayah di Indonesia.

Prilaku dan karakteristik masyarakat Jawa akan diturunkan berdasarkan dari masalah mereka di masyarakat berhubung pekerjaan yang mereka miliki sebelumnya pada etnik Batak. Berbagai peran parit yang hendak dilakukan pada masa pemerintahn Jokowi, di Kalimantan Barat.

Serta marga Batak dengan stigma, yang seolah paham pada sistem politik yang mereka terapkan dengan berdekatan berdasarkan sistem tetangga atau kekerabatan, dengan politik seksualitas misalnya, akan disadari betapa hal ini terorganisir oleh sistem keagaaman yang dibuat oleh Gereja Katolik di Kalimantan Barat, tepatnya Keuskupan Agung Pontianak ketika itu, tepatnya pada tahun 2009an.

Berbagai hal terkait itu, muncul dengan istikan berbondong-bondong memahami kondisi ekonomi politik suatu tempat layaknya dalam sektor pendidikan yang hendak dibuat berdasarkan peninggalan suatu Negara, dengan hasil pajak yang diperoleh masyarakat Tionghoa, melalui bisnis, investasi, serta lainnya.

Politik ekonomi yang diterapkan masyarakat ketika itu, memiliki peran terhadap siapa mereka dalam hal ini. Yang tentunya pembuat konflik melalui ekonomi politik yang diterapkan pada masa PDI Perjuangan dan Demokrat. Hasil pajak yang diterima melalui hal itu, di dukung dengan pembuatan lembaga yang dibuat bersama rekan Golkar, yang melibatkan seorang tokoh agama, serta pengajarnya.

Konflik muncul ketika sumber daya ekonomi politik, digagas berdasarkan etniksitas dan dibuat berdasarkan aspek budaya merupakan hasil dari pembentukan massa mereka, untuk tidak bisa di bangun dengan baik. Meraka dalam hal ini manusia nya tidak baik, karena peran mereka dalam suatu Negara hanya menarik pajak untuk berkuasa.

Konflik ekonomi politik muncul, dengan dukungan masyarakat Melayu, yang dipimpin oleh Golkar saat ini. Bagaimana fasilitas pendidikan dan kesehatan serta pelayanannya. Sedangkan dalam hal taktik peran yang digunakan masyarakat Jawa dengan mengadu domba dengan masyarakat Tioghoa. Yang kebetulan pemimpinnya juga tidak beres, yaitu Golkar di Kalimantan Barat.

Mereka, bertahan dengan lembaga non pemerintah, dengan membuat studi Kalimantan, yang di pimpin oleh berbagai lembaga, termasuk etnik Dayak, dan Partai Golkar, jika dalam hal ini pandangan agama Protestan, yang pimpin oleh Martin Luther, pengaruh politik dalam sistem keagamaan akan memiliki pandangan berbeda terhadap hal ini. 

Sedangkan Jawa yang belum jelas dimana mereka berada kelembagaan dibuat, untuk mengakses  ekonomi politik selama berada di Kalimantan Barat, dan DKI Jakarta. Trik mereka hanya membuat kondisi konflik, dan seolah-olah tenang mungkin tegang untuk menghasilkan persoalan mereka ketika berurbanisasi.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close