Orang Melayu dan Orang Batak, Ketika Sistem Budaya Seksualitas Berlangsung

3/08/2021

Berbagai sistem kesukuan dan menguatkan pada politik identitas terhadap suku di Kalimantan Barat. Dapat dipelajari bagaimana pola budaya politik mereka di masyarakat, dengan penerapan ekonomi politik yang mereka langsungkan di lingkungan gereja MRPD Pancasila, dan  Sekolah Gembala Baik.

Dengan suku Batak (Sihombing) Silaban, Jawa, Tionghoa, yang memiliki rekor pekerjaan yang curang, dan identitas diri yang buruk di masyarakat, dengan hasil kebiadaban mereka terhadap pendidikan dan kesehatan mereka ketika periode dari Gubernur sebelumnya Cornelis, Mhum, pada seksualitas dan kekerasan fisik.

Itu dari hasil pendidikan seksualitas yang diterapkan selama 10 tahun kepemimpinan, dan hal ini tidak lepas dari berbagai kebijakan yang dibuat oleh sekelompok orang di lembaga Pontianak Institusi yang merupakan hasil dari penggunaan dana yang mereka dapatkan dari Negara, dan pajak.

Dengan berganti nama dengan berbagai kepentingan untuk mengakses ekonomi politik di masyarakat, di Pontianak, Kalimantan Barat, dan DKI Jakarta, maka dengan berbagai istilah dibuat dengan pendekatan seksualitas mereka, yang diajarkan dari Marga Marpaung, dan Silaban di Kota Pontianak, dan Malau (Orang Jawa Yogyakarta, Katolik) dengan sistem materialistik dengan mengatakan "apakah kamu tidak punya apa-apa, tokoh, atau sejenisnya". 

Persoalan seksualitas yang ditajamkan, suku-suku batak dan Tionghoa itu yang sudah kehilangan rasa malu, dan seksualitas mereka di masyarakat, hendak diketahui untuk mengakses sistem ekonomi yang mereka terapkan di lingkungan mereka. 

Pada pendidikan dilingkungan negeri dan swasta mereka, maka pada aspek pendidikan marga Silaban akhirnya melangsungkan ekonomi politik mereka pada Universitas Nathul Ulama, yang sebelumnya bertempat pada Universitas Bina Sarana sebelumnya hanya bergeral D3.

Dengan identitas berubah-ubah di mata masyarakat, Negara, dan budaya yang mendedikasikan diri pada lingkungan kesehatan dan pendidikan, tentunya hal ini tidak diperkenankan untuk kehadirannya, bersama koleganya sebelumnya Orang Melayu.

Berbagai persoalan konflik dan penyalagunaan terhadap agama, melalui Islam, dan Kristen menjadikan mereka sebagai orang biadab dalam aspek pendidikan dan kesehatan yang mereka terapkan terutama dilingkungan masyarakat.

Dengan adanya kebiadaban mereka, telah dilangsungkan oleh partai PDI Perjuangan, pada dapil DPRD Kota Pontianak ( PDI Perjuangan), dan lingkungan pendidikan sekolah gembala baik, Pontianak yang melibatkan seorang Suster (Orang Batak). Hal ini jelas bahwa mereka melakukan berbagai aspek pendidikan dan kesehatan dengan cara yang kotor.

Berbagai temuan yang dapat menentukan aspek kehidupan masyarakat Jawa, melayu, Tionghoa, Batak dilingkungan Negara, dan masyarakat. Akan menjadi penting apa yang menjadi kegiatan mereka di masyarakat. Dengan adanya rasa malu, dan didikan mereka terhadap prilaku mereka, memang sangat tidak baik dan menjadi catatan terhadap berbagai aktivitas mereka di masyarakat.

Dengan adanya dukungan koalisi dari partai Golkar dengan adanya sistem politik yang mereka terima sebelumnya dilembaga tersebut, Pontianak institute, (Orang Jawa dan Orang Dayak) telah jelas bahwa  mereka memiliki peran serta dalam kepemimpinan yang buruk di masyarakat, dan membuat berbagai konflik di masyarakat, dengan memperkerjakan orang-orang yang tidak sesuai dengan hasil yang dicapai, dan menanyakan mengenai punya rumah atau bagaimana.

Pandangan Ideologi menjadi salah satu aspek dari menutupi prilaku mereka di masyarakat, dengan dasar dari aspek politik yang mereka terapkan, selanjutnya dari penghasilan mereka terapkan. Maka, dapat dijelaskan bahwa berbagai aspek profesi yang mereka emban akan dapat ditemui dari pendidikan dan kesehatan yang terapkan di masyarakat. 

Tentunya pendidikan seksualitas, dan kekerasan fisik di lingkungan Rumah, pada konflik yang dibuat, misalnya pada RT 003 dan RW 003 dengan perebutan sumber daya, ekonomi dan kekuasaan yang sebelumnya sudah pernah dilakukan pada masa ini.

Hal ini sangat jelas dengan apa yang mereka langsungkan di masyarakat, dengan berbagai temuan ekonomi politik yang mereka rencanakan, akan tampak dengan aspek dan pola mereka di masyarakat. Untuk itu, patut diketahui dengan keburukan dan kebaikan mereka di dalam rumah sudah menjadi bagian dari karakteristik mereka.

Profesi yang mereka emban sebagai aspek kesehatan dan pendidikan, pengusaha kecil,  di Kalimantan Barat telah menjadi catatan terhadap prilaku mereka terhadap kepercayaan, dan pimpinan Gubernur Cornelis, Mhum, dan Demokrat, Cristiandy, SE. MM. 

Seksualitas mengenai kesehatan pada jenis kelamin tentunya perlu disadari oleh Suki Silaban,(Sihombing) untuk menetapkan diri persoalan mereka berasal dari aspek yang tidak dipekenankan menjadi uji coba dengan Negara lainnya, apalagi dengan ilmu pengetahuan yang diterapkan, untuk masuk pada lingkungan tertentu. 

Dengan menggunakan metode kesehatan medis atau ateis, memang sudah berasal dari dinamika politik mereka. Kiranya hal ini cukup untuk diarea Indonesia, dan tidak diperkenankan untuk ikut campur pada politik dan kesehatan serta pendidikan di Amerika Serikat, atau jika tidak ingin dikatakan plagiat dalam penggunan ilmu pengetahuan, untuk menguasai sistem ekonomi politik masyarakat, pengusaha, dan pemerintahan.

Sementara pada aspek agama yang diterapkan, untuk kembali menggunakan pendekatan agama, dan kesehatan yang memang jelas untuk menjadi pembelajaran dalam menentukan pilihan hidup pada masyarakat Batak, Tionghoa, dan Dayak, Serta Jawa di Kalimantan Barat, dengan apa yang terjadi dari hasil resistensi, konflik, pada masa lalu. Tidak diperkenankan untuk terlibat pada lingkungan dan Negara untuk tidak diterapkan.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close