Agama, Negara Dan Suku, Pembangunan Yang Mendasari Dari Kitab Suci ?

4/05/2021

Aspek pembangunan manusia yang menjadi persoalan terhadap dinamika pembangunan manusia terhadap iman yang mereka yakini dalam sebuah kitab suci misalnya menjadi peran mereka atau produk hukum mereka selama politik yang berlangsung di Kalimantan Barat.

Ketika sesudah masa kuliah selesai baik itu pada aspek pendidikan kesehatan, pengetahuan, sosial, politik dan ekonomi. Memang berdampak pada kepentingan politik yang berlangsung pada masa Presiden Indonesia.

Telah jelas bahwa berbagai hal terkait dengan kehidupan manusia dengan kepentingan politik, serta sumber ekonomi politik selama itu, memang berada pada kondisi memprihatinkan. Apa yang digunakan, politik seksualitas para suku,Orang Batak, dan Orang Dayak, serta Tionghoa dengan perbandingan kelas yang berbeda dalam suatu sistem tatanan Negara.

Hendaknya diketahui bahwa rasa malu mesti muncul pada orang-orang tersebut sebagai dasar dari tanggung jawab sosial mereka selama berkehidupan dan menetap. Orang Batak, dikenal dengan kebringasan mereka, terutama pada aspek kehidupan, tanpa terkecuali agama yang mereka percayai.

Ada suatu ketika, kehidupan ganda diperankan adalah agama, yaitu dengan Islam, dan Kristen pada sistem perkampuangan yang dibuat oleh orang Katolik, MRPD Pancasila. Disitu ada orang Batak tentunya jika tidak demikian label yang patas bagi mereka terhadap sistem pendidikan katolik yang saat ini bernaung.

Strategi Pertarungan Politik Pada Lingkungan Terkecil

Ketidaksenangan mereka terhadap seseorang, individu dan kelompok telah menjadi bagian dendam mereka terhadap akses politik yang diterapkan dengan tidak dapat berpendidikan di kampus tersebut, suatu pengalaman pribadi dalam hal ini, jelas sekali orang-orang tersebut berasal dari kalangan biasa.

Begitu juga pada kesehatan yang dibuat dengan aspek manusia sebagai suatu kehidupan, patuh pada ajaran agama dengan menggunakan para suku sebagai objek politiknya, tetapi tidak patuh terhadap aspek ekonomi. Hal ini menjadi contoh bagi persekolahan Gembala Baik, Kalimantan Barat, (suster orang Batak) (Agama atau Negara) ? dan Politeknik Bisnis di Pontianak, dengan sistem kesehatan yang dibuat tidak sesuai dengan standar kesukuannya, selama itu.

Persoalan pembangunan dapat diterapkan dari hasil ekonomi yang mereka terapkan dalam hal ini, akan jelas sekali bagaimana sumber mereka berasal dan dapatkan dalam kehidupan selama di Kalimantan Barat. Orang Batak Sihombing (Silaban), dan jelas sekali bagaimana mereka berasal dan memiliki kehidupan ganda dalam beragama.

Dalam suatu kehidupan mempelajari aspek kehidupan orang Indonesia, akan jelas dengan kepentingan mereka pada masayarakat Timur yang berurbanisasi dalam kota ini. Hal ini, jelas bagaimana konflik yang dibuat dari aspek pendidikan dan kesehatan di Pontianak, Kalimantan Barat.

Para orangtua, menjadi biang dalam pendidikan karakter yang diterapkan, maka berasal dari aspek kehidupan mereka di masa lalu, baik kekerasan, kepatuhan pada agama Katolik dan Kristen, serta Islam sebagai jalan bagi mereka terhadap pendidikan rohani dalam mengakses sumber yang mereka terapkan.

Dapat ditemui pada RT 003 misalnya, melalui BPJS, Orang Melayu dan Tionghoa (tetangga), Orang Batak drama pun terus dilakukan dengan ambisi yang mereka buat dalam lingkaran politik mereka selama ini, tanpa terkecuali akan adanya konflik yang berperan terhadap persoalan agama dan suku yang diterapkan saat ini dengan aspek selama periode berlangsung.

Salah satu persoalan yang dapat diketahui bagaimana proses mereka sebagai manusia yang biadab. Hal ini jelas sekali sebagai catatan Negara, baik itu Orang Batak, Orang Tionghoa, dan Orang Dayak, Orang Jawa (sedikit) yang demikian. Negara dalam hal ini, jelas sekali bahwa produk politik yang menjadi pembelaan mereka terhadap aktivitas politik yang direncanakan.

Sementara, sistem perkawinan yaitu budaya pun menjadi tameng bagi Orang Batak Silaban, dalam hal ini pada akses Covid19 ketika itu, suatu pengalaman menarik, dengan adanya campur tangan Orang Tionghoa itu mengenai seksualitas melalui mulut kotornya itu (jan), membuat persoalan konflik sebelumnya misalnya. 

Sementara, terlalu banyak berbicara, dan melihat bagaimana mereka berlindung pada suatu kebudayaan dan agama. Suatu kehidupan yang mereka peran dalam dalam suatu filsafat politik, dan agama.

Pertanyaannya, jika memang kalian benar dalam menjalankan agama, kenapa dalam sejarah dunia terhadap agama anda selalu melakukan perlawanan? materialitis menjadi alasan bagi mereka, selama beragama Kristen Protestan.

Rasa malu, mesti tumbuh pada generasi berikutnya, sebagai jalan dari hasil rekonsiliasi pada suatu agama yang dibuat oleh Orang Batak. Jika berbicara mengenai penghasilan, toh mereka masih mengajar di persekolahan gereja Gembala Baik, Negara, dan Swasta, serta sejenisnya, dan Kesultanan. Sehingga, dalam hal ini kalian dapat dikatakan manusia apa ?.

Ketika itu, ada yang meminta data dari baptis dan krisma, dalam hal ini jelas pada masing-masing petugas di gereja Katolik MRPD Pancasila itu (Orang Tionghoa). Maklum, banyak ketidakjujuran dalam hal ini, ketika mereka bertugas, baik itu manusia yang tinggal di rumah Negara sebagai perlindungan mereka akan kehidupan mereka di masyarakat, dan menjadi alat terhadap tameng kekerasan dan perkataan yang direncanakan

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close