Konsep Keluarga Pada Sistem Budaya Malu, Cermin Negara Global

7/21/2021

Apa yang dapat dihasilkan dari budaya Indonesia, pada sistem konsumsi yang mereka terima hingga saat ini. Maka, jelas bagaimana  rasa malu dengan budaya mereka, seperti Jawa dan Batak                      (Marpaung), akan jelas bagaimana kehidupan mereka tinggal dan hidup.

Dengan dasar itu, maka jelas bagaimana sistem budaya, agama dan politik berada pada kondisi masyarakat dengan sistem ekonomi budaya, meletakan akan kesadaran mereka terhadap suatu nilai dan moral di masyarakat.

Keluarga menjadi konsep bagi kehidupan bermasyarakat, tanpa terkecuali untuk melihat bagaimana ekonomi mereka tumbuh berdasarkan hasil yang diperoleh. Ilmu pengetahuan sosial, akan berkembang dengan adanya kebutuhan masa modern saat ini, dalam hal ini jelas bagaimana budaya malu menjadi asimilasi budaya Barat dengan kondisi persaingan global (2025).

Konflik yang dibuat setidaknya menjadi pembelajaran yang baik, terhadap aspek kebutuhan mereka dalam dinamika berkarakteristik di masyarakat, serta berpendidikan dan berbudaya. Hingga saat ini, berbagai kebutuhan akan sangat dipahami dengan sistem dinamika sosial mereka, serta gaya hidup yang setidaknya menjadi penghasilan mereka semasa hidup.

Pengaruh dari hal itu, jelas bagaimana pengetahuan menjadi dasar sebagai kehidupan beragama, dengan nilai-nilai dan kitab yang jelas menjadi panutan dari berkepercayaan. Ketika kebutuhan semakin meningkat. 

Pada suatu asimilasi budaya Tionghoa, maka untuk mencapai status sosial, dan pendidikan anak-anak mereka, hingga berlindung dibalik agama dan profesi, jelas bagaimana mereka berproses pada budaya dan agama Kristen Protestan dan Katolik, serta Islam (Indonesia).

Keteguhan iman, dan harapan menjadi semakin yakin bahwa dinamika budaya dan agama pada pembangunan manusia, tidak sesuai dengan konsep suatu Negara, jelasnya hanya menyesatkan dengan kepentingan ekonomi politik.

Berbagai ahli ahli budaya, dan tokoh agam jelas akan memahami bagaimana karakteristik dan prilaku manusia mereka terhadap perubahan sosial, budaya, dan agama serta pengetahuan yang mereka miliki dengan dasar-dasar dari migrasi orang Tionghoa, yang menempatkan pada prinsip kepatuhan (konghucu).

Pada suatu sistem agama, akan lekat bagaimana peran dan dinamika sosial, pada masing-masing moral manusia itu sendiri. Maka, jelas bagaimana ketika sumber ekonomi tidak dapat lagi dihasilkan. 

Maka jelas drama yang dilantunkan oleh masyarakat Batak dan Dayak melalui pendekatan seksualitas menjadi bagian dari kehidupan dan konflik mereka semasa hidup, dalam sistem ekonomi yang mereka dapatkan, dan dampak bagi mereka.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close