Mempelajari masyarakat adat lokal, secara khusus di Kalimantan Barat, erat dengan aspek kehidupan sosial budaya mereka terhadap kebringasan dan suku mereka terutama Dayak, dan Batak dalam kehidupan mereka pada masa kolonial Belanda, hingga masa kemerdekaan di Indonesia.
Sistem produksi mereka di hutan akan tampak pada kehidupan mereka
selama hidup dengan aspek berbagai persoalan manusia mereka yang tinggal dengan
aspek kehidupan mereka selama di hutan belantara, tiada akses informasi,
pengetahuan, dan keahliaan selain belajar pada masyarakat kota.
Hendak dipahami dengan baik, adalah ketika berbagai keberadaan
mereka terhadap kehidupan manusia budaya dan agama akan berbeda dengan adanya
kehidupan yang membatasi berbagai persoalam manusia mereka.
Hal ini tampak dengan adanya budaya dana agama baik itu pada
kepentingan ekonomi, budaya dan politik, ketika masa sistem politik berubah
sesuai dengan kehidupan sosial mereka di masyarakat yang hendak dipahami saat
ini misalnya politik agama (Kristen Protestan – Islam) adanya perbedaan agama
akan lekat pada kehidupan sosial mereka saat ini.
Berbagai hal terkait dengan aspek kehidupan beragama, denghan perbedaan dan pandangan
agama yang berbeda akan lekat pada dinamika budaya yang berada pada kondisi
masyarakat mereka yang hendak dipahami dengan baik, hal ini tidak lekat pada
aspek kehidupan sosial budaya mereka saat ini di Pedesaan.
Perubahan muncul dengan adanya agama yang masuk di Kalimantan
Barat, pada tahun sebelum kemerdekaan, hingga 2021. Hal ini berperan dalam
aspek kehidupan sosial budaya di masyarakat yang hendak memahami politik agama
yang mereka lekat pada aspek kehidupan sosial saat ini.
Urbanisasi datang dengan adanya harapan dan perubahan hidup bagi
masyarakat yang tinggal di wilayah lain, seperti di Sumatera, dengan melekat
pada aspek kepentingan politik yang saat ini berasal dari kepentingan ekonomi
hingga saat ini.
Perubahan itu muncul dengan adanya kepentingan politik dengan
menyadari siapa mereka terutama orang Batak Sihombing - Malau di Pontianak (makan orang), selama
mereka hidup, dan berbudaya. Pengetahuan yang minim, dan berbagai hal terkait
dengan kehidupan lokal mereka, tidak memenuhi berbagai karakteristik dan
kriteria hidup mereka diberbagai Negara.
Mata pencaharian berubah sesuai dengan aspek kehidupan mereka, pada masyarakat etnik Tionghoa, Batak, Jawa, Bugis dan Dayak, serta Melayu seperti profesi pendidik, pekerja, petani, perompak kapal, dokter, misalnya tampak dari hasil cara mereka menyimpang untuk memperolehnya berdasarkan aspek agama (kitabsuci), budaya dan pandangan ideologi mereka.
Selama sistem politik, dan seksualitas yang diterapkan begitu KASAR berlangsung di Kalimantan Barat 2008-2018 Protestan – Islam - Katolik, politik seksualitas, memang diterapkan adanya budaya pada masyarakat lokal di Kalimantan Barat dalam hal ini terutama karakteristik mereka, yang hendak dipahami masih berada pada kondisi alam.
0 comments