Pembangunan gereja, diketahui layaknya ketika berbagai hal terkait dengan aspek kehidupan budaya yang secara langsung dipahami baik dengan adanya pembangunan gereja, dan ekonomi diberbagai wilayah. Hal ini adanya kepentingan partai politik pada rencana pembangunan di rumah ibadah.
Agama dan budaya menjadi satu ketika berada di pintu gerbang, hal
ini jelas dengan adanya sistem politik agama, yang menjelaskan adanya kekuasaan
yang ada di dalamnya dengan menjelaskan berbagai sumber ekonomi, pada masa djan
di Indonesia, Pontianak 1989 – 2008.
Dengan adanya penbangunan itu adanya kedamaiaan yang diciptakan, bukan
dikarenakan adanya kepentingan ekonomi politik pada masa itu dengan merencanakan konflik sosial, dan nuasa romantis dari seorang perompak kapal
secara paksa Sihombing.
Kelancangan itu muncul dengan adanya kepentingan politik ekonomi,
dengan tidak mengurangi rasa hormat, maka orang tua mereka hendak dipahami
dengan adanya kebrulatan kehidupan mereka selama di Pontianak, Kalimantan Barat
2011 – 21.
Berbagai lingkungan tempat tinggal orang Batak hidup dengan sistem
ekonomi yang terpusah di DKI Jakarta, dan rencana yang mengganggu kehidupan
sosial budaya, oileh Siregar, dan Dayak PDI Perjuangan siapa lagi juga bukan
mereka selama berkehidupan beragama.
Ketidaksopanan dalam setiap pembangunan telah melekat pada
kepentingan ekonomi, dan budaya tiada malu oleh Gubernur Cornelis M. H sebagai
orang Dayak. Pembangunan mana yang menjelaskan atas kebrutalan mereka untuk
hidup.
Berbagai pandangan itu juga, muncul dengan adanya sistem ekonomi
dan politik yang berada kawasan perbatasan sanggau - kapuas hulu, pendidikan GKE Kalimantan dan Gembala Baik, dan agama yang
menjelaskan ketidaksopanan mereka terhadap kehidupan budaya dan agama
Sihombing, Pontianak, Kalimantan Barat.
Sebagai pendidik, dan dokter atas ketidaksopanan mereka dalam
suatu kota ( PDI Perjuangan ) telah menjelaskan berbagai hal terkait dengan
sistem sosial budaya mereka sebagai binatang. Hal ini menjelaskan dengan adanya
turut campur pada kehidupan masa era “saya” di Pontianak, Kalimantan Barat.
Kehidupan sosial itu ditemui di Pontianak, dimana mereka hidup dan
tinggal dengan hasil genetika seksualitas mereka sebagai orang PDI Perjuangan
atau sebagai orang etnik (perompak kapal dan bertahan hidup menjadi kucing (Protestan - Islam, Indonesia) telah menjadi catatan terhadap masa
pemerintahan Gubernur Cornelis 2008 – 21 di Pontianak, Indonesia.
0 comments