Kehidupan sosial, kelas sosial dan budaya serta agama yang brutal dalam kehidupan sosial mereka di masyarakat, dengan menyadang dokter pontianak, Sihombing menjadi catatan dan pendidik guru dan dosen, hanya Gembala Baik Pontianak, yang bisa menampung kebrutalan mereka selama hidup berbudaya (makan orang), di Kalimantan Barat, seorang Presiden Jokowi di Indonesia Siregar.
Kehidupan yang mencari kesempatan di media sosial, dengan memaksa, pada masa pemerintah dan lainnya seperti pendidikan, menjadikan perjuangan kelas selama mereka hidup dengan ekonomi politik perkotaan. Tanpa punya malu hidup ditengah masyarakat, yang menyadari bagaimana mereka hidup dan tinggal.
Seksualitas, terhadap budaya malu para suku dan agama mereka sendiri (Protestan – Islam - Katolik (Indonesia), hal ini menjelaskan berbagai hal terkait kehidupan brutal mereka di masyarakat secara khusus, terutama tokoh agama dan spiritual mereka dibalik tembok agama di lokal, Indonesia.
Berbagai hal terkait itu juga,
maka jelas bagaimana mereka hidup dan tinggal di masyarakat, dengan pencarian
kesempatan melalui media sosial, tanpa malu dan ngotot, sebagai moral dan
etika, menjadi pengalaman menarik ketika bergaul dengan orang dengan perjuangan dengan kelas sosial mereka, dan drama kehidupan sosial mereka sebagai orang Indonesia.
Hal ini menjadi gambaran terhadap kehidupan para dokter dan pendidik yang ada di Pontianak, pada masa pemerintahan petugas partai PDI Perjuangan Gubernur Cornelis - Dayak di Kalimantan Barat (suku - raja kecil).
Tidak memiliki malu terhadap kebrutalan terhadap
etika dan moralitas mereka terhadap budaya di masyarakat secara khusus, dalam mencari kesempatan, guna menyentuh saya, menarik sekali kebrutalan mereka.
Berbagai hal terkait itu juga
maka jelas bagaimana mereka hidup dengan kehidupan sosial, dan budaya mereka di
masyarakat, dengan pemaksaan seksualitas terhadap budaya asimilasi 2011 – 2019 di
Pontianak, HKBP, sebagai perompak kapal, perjuangan kelas sosial.
Hal ini diketahui dengan ekonomi
politik, yang memiliki kepentingan terhadap rumah ibadah, dan mata pencarian
mereka selama hidup di Pontianak. Hal yang menarik menjadi catatan terhadap
seksualitas mereka yang kasar terhadap kehidupan dan kesehatan di Indonesia,
berdasarkan asimilasi budaya Jawa dan Batak.
Menjelaskan bagaimana asimilasi budaya Batak – Tionghoa, atas kolektifitas mereka terhadap perusakan kehidupan dan agama , Siregar di Pontianak, Indonesia, tembok gereja (Sultan, Yogyakarta).
Dengan berbagai pelanggaran dan
kebijakan mereka selama hidup dengan berlindung dibalik tembok gereja, begitu
juga pada anak-anak mereka, yang senang membuat konflik sosial dan seksualitas secara fakta.
Suatu pengalaman menarik, ketika
memahami berbagai kehidupan sosial mereka secara umum, dan khusus. Hal ini
tidak lepas dari kepentingan ekonomi politik, dan budaya mereka sebagai orang
Indonesia.
0 comments