Pelajari budaya masyarakat suku Dayak, dimulai dari pakaian, karakteristik, konsumsi, dan berbagai hal terkait dengan minuman keras seperti tuak, anggur dan lainnya jelas dipahami dengan adanya kesadaran mereka hidup dalam hutan di Kalimantan pedesaan.
Hal ini menjelaskan berbagai hal terkait suku Tionghoa hulu – Dayak di
Pontianak, menjadi catatan terhadap keberadaan hidup mereka di masyarakat, dan
Batak sebagai perompak kapal, hidup bermabuk, dan sebagai tenaga medis terutama kesehatan
menjelaskan hal tersebut bagaimana mereka
hidup di masyarakat, dan rencana kejahatan seksualitas pada lingkungan gereja,
dan di masyarakat.
Tidak perlu berteman atau bergaul dengan mereka yang hidup di masyarakat hingga saat ini, di Pontianak mrpd pancasila - Katedral, HKBP Jakarta, sakit mental, dan kelas sosial misalnya.
Karena dengan kebiadaban mereka hidup
di tengah masyarakat dan kebebalan mereka dalam hidup bermasyarakat dan
lainnya, dan membuat ribut dan marah - marah di masyarakat pada setiap demokrasi, dan krisis ekonomi budaya berlangsung ketika itu.
Hal ini menjelaskan bagaimana kehidupan sosial, budaya dan agama
Protestanisme – Katolik di masyarakat saat. Yang dapat disampaikan adalah,
ketika rencana kejahatan itu di rencanakan oleh sekelompok ormas, agama dan
suku merupakan hasil dari rencana jahat pada sistem ekonomi politik di
Pontianak.
Tidak menjadi apa - apa di rantau, tetapi hidup secara
kolektifitas, fitnah dilakukan di lingkungan sekolah, masyarakat umum, dan
lainnya. Hal ini menjelaskan bagaimana urbanisasi ekonomi mereka berlangsung di
masyarakat, serta rencana jahat PDI Perjuangan - Golkar ( Pontianak ), triknya hidup berdampingan dalam suatu lingkungan rumah tangga, pontianak hal itu berlangsung dengan baik, dan sistem oknum sebagai politik di masyarakat saat ini.
Hidup dengan budaya makan orang (batak) dan penggal kepala (dayak, Kapuas Hulu) pada masa kemerdekaan dan kolonial, tentunya memiliki kesan terhadap
kebudayaan lokal mereka sebagai binatang. Protestanisme, menjelaskan hal ini
sebagai jalan kehidupan masyarakat suku Dayak – Batak dan Jawa di Pontianak
berdasarkan penyebaran mereka di masyarakat secara luas.
Konflik sosial, dan hasil budaya ekonomi masyarakat Tionghoa (perkotaan) menjelaskan keberadaan mereka selama hidup di masyarakat dengan rencana kejahatan mereka secara khusu di lakukan. Berdasarkan karaktertisk masyarakat pada tahun 1999 di Jakarta menjelaskan hal tersebut, ini menjadi catatan terhadap keberadaan mereka hidup di masyarakat sebagai budaya makan orang (Dayak - Batak – Tionghoa) 2011 - 2022.
Ketidakpatuhan terhadap kebijakan dan hukum, tentunya menjadi catatan bagi masyarakat Tionghoa - Batak (Budha - Protestanisme - Islam) di Pontianak melalui ekonomi politik seksualitas, ketika mengendara, dan bekerja, dan pengusaha lainnya menjelaskan hal tersebut dengan apik di Indonesia.
Begitu juga
pengajar rendah, dan tenaga medis, dan kejahatan seksualitas, pada sistem pendidikan menjelaskan hal tersebut, dengan pekerjaan mereka
yang begitu buruk. Hasil pembangunan manusia di Kalimantan Barat Tionghoa –
Batak – Jawa, dan Dayak saat ini 2000 - 2008, di Pontianak. Hal ini menjelaskan kondisi kehidupan sosial budaya mereka di sini.
0 comments