Pontianak, Diantara Bangunan Perkotaan 90an

3/14/2022

Kebutuhan manusia atau binatang dapat diketahui melalui sistem agama dan budaya yang terletak dari moralitas suatu bangsa. Ketika dipahami adanya agama dan budaya, hendaknya dipahami bagaimana mereka hidup dalam sistem kehidupan sosial budaya di masyarakat.

Misalnya dalam memahami masyarakat perkotaan seringkali hal ini diketahui dengan adanya sale rumah dan jual rumah pada perkotaan di Pontianak, biasanya untuk digunakan sebagai keagamaan, seperti penziarahan, naik haji kalau pada Islam, kalau Katolik ke roma. Tentunya dengan sistem ekonomi masyarakat menegah.

Dengan demikian, berbagai hal terkait dengan adanya perkotaan masyarakat ada beberapa katagori masyarakat yang baru kaya, dan tidak atau dalam hal ini menegah, birokrasi, dan nasionalis. Pola kehidupan sosial penuh dengan drama.

Dalam sementara waktu ketika itu guna pergi menziarah biasanya lahan pertanian dijual bagi masyarakat pedesaan, sedangkan birokrasi menggunakan uang pensiun. Maka, dalam hal ini penjual rumah, pertanian, bagi masyarakat orang melayu disini terbukti telah dibeli oleh masyarakat Tionghoa yang kini tinggal di perkotaan, dan mereka berasal dari Tionghoa perkotaan dan Desa.

Hal ini menjelaskan bahwa, berbagai hal terkait dengan pekerjaan mereka, maka ketidaksenangan satu dengan yang lain, sesama manusia atau orang (binatang), moralitas dan etika hilang tampak ada dalam suatu masyarakat kota Pontianak disini (pribumi).

Ketidaksenangan itu, memunculkan adanya konflik sosial, etnik, dan agama yang memiliki makna terhadap aspek kehidupan sosial ekonomi di masyarakat pada masa lalu, sehingga mereka berada pada perkotaan yang terpinggirkan. Dan juga, mereka yang tidak menjaga kualitas hidup mereka seperti kesehatan juga demikian terjadi 90an - 2011.

Pada suatu masyarakat tersebut, apa yang dirugikan dalam hal ini terkait karakteristik kedua orang, atau keluarga dalam hal ini tentunya adalah ekonomi ditanggung pada anak – anak mereka pada utang yang dihasilkan, misalnya. Bagaimana dengan kelas sosial di masyarakat yang rendah dengan penghasilan sesuai dengan kebijakan perkotaan.

Sehingga ekonomi budaya akan tampak pada aktivitas agama yang berlangsung di masyarakat, yang tidak tampak pada manusia itu sendiri. Secara tidak langsung ingin mengulangi sejarah hidup dan budaya mereka sendiri.

Hal ini tidak berbeda jauh dari persoalan kehidupan sosial di Jakarta saat ini, yang berdampak pada lahan sempit rumah penduduk, maka  apa yang terjadi terhadap lahan perkotaan itu sendiri terjadi istilah kata lapar tanah. Batasan tanah menjadi konflik yang terjadi hingga saat ini di Pontianak, termasuk di lingkungan rumah tangga, ketika ekonomi sosial belum mapan.

 


0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close