Seminggu lebih ini memahami fenomena minyak goreng, ada yang menjualnya mahal atau tinggi harganya, dari harga 20 rb seliter – dan 30an ribu – 40an ribu untuk 2 liter. Kalau antrinya, ada yang menggunakan KTP, dan itu ramai juga yang beli, terutama di market.
Kalau diketahui bahwa, masyarakat untuk bisa menggunakan masakan
itu untuk bisa dipahami dengan baik adanya masakan direbus. Nah, kalau buat
masakan yang dirbus, jangan digorang, terus kalau goreng jangan resek gitu loh.
Diberbagai titik di Pontianak, memang stok minyak goreng sudah
dibatasi, hal ini agar pengguna dapat memasak dengan cara yang lain. Begitu
juga dengan ekonomi politik pasar saat ini, ketika hagra malambung tinggi
dimana-mana.
Jelas sekali ada yang berada pada persoalan masyarakat lokalnya,
yang memang berada pada kondisi menggoreng, hal ini akan berdampak pada
kesehatan. Tetapi, menariknya kembali dengan berbagai persoalan budaya di
masyarakat yang memang senang mengantri, meskipun lama dalam hal ini.
Ketika hal ini dapat dijelaskan dengan baik adanya, maka berbagai
aspek kehidupan dan budaya konsumsi di masyarakat meningkat, sehingga apa yang
dibutuhkan dalam hal ini. Tentunya perubahan dalam sistem konsumsi masyarakat yang
meningkat dengan minyak goreng, untuk bisa di penuhi dengan adanya rebusan,
kukus itu lebih baik pada18 Maret 2022
saat ini.
Ketika berkeliling pontinaka, hendaknya dipahami adanya sistem
market yang dijual di market, apakah meningkat dengan konsumsi, begitu juga
dengan food estate untuk diubah dengan sistem pertanian yang sesuai dengan
tekstur tanah.
Nah, program serta kebijakan yang dibuat untuk bisa dipatuhi atau
tidak, coba di buat dengan baik rencana seperti itu, terutama bagi mereka yang
masuk pada elit politik, dan pengusaha yang ada di Indonesia saat ini.
Ini penting dalam melihat karakteristik masyarakat hingga saat
ini, maka berlakuknya sistem pertanian hendaknya digunakan dengan adanya,
sesuai dengan pengetahuan lokal masyarakat Indonesia saat ini.
0 comments