Jakarta : Kelas Pekerja, Birokrasi Ketika Masa Revolusi Mental - Industri

6/04/2022

Pelajari kota Pontianak, tentunya memahami berbagai hal terkait dengan aspek ekonomi, dan budaya di masyarakat. Bagaimana mereka hidup dan bekerja sesuai dengan ekonomi yang mereka terapkan hingga saat ini.

Di Pontianak, akan tampak dengan birokrasi mereka selama numpang hidup terutama pada masyarakat Tionghoa disini, dan menggunakan kaum pribumi dalam sistem ekonomi mereka, terutama yang bekerja pada ekonomi Tionghoa.

Bagaimana mereka hidup dan tinggal berdasarkan pengetahaun mereka, serta kriminalitas mereka pada lingkungan pendidikan, selama sekolah disini. Terutama pada pandangan pedesaan yang tampak pada budaya kehidupan sosial dan aspek sosial di masyarakat yang berasal dari rencana kebijakan serta kolektifitas mereka selama hidup mengereja dan non.

Baik itu sengaja atau tidak menjadi catatan terhadap kriminalitas dan ekonomi mereka selama hidup pada sistem birokrasi di Indonesia. Jika ingin kaya atau banyak uang maka selain birokrasi, maka sambil bisnis itu yang berdampak pada kehidupan sosial budaya di masyarakat hingga saat ini.

Pemahaman yang mengenakan terhadap aspek kehidupan sosial di masyarakat, dengan nilai upah yang memiliki standar berbeda, dengan aspek kehidupan sosial budaya hingga saat ini. Ketika hal ini menjadi penting penting dalam melihat berbagai persoalan dalam ekonomi pada pemerintah maka akan berbeda dengan kehidupan sosial budaya di masyarakat hingga saat ini.

Ketika banyaknya orang Tionghoa berdagang, maka akan lekat dengan kebudayaan lokal yang dibawa pada kehidupan sosial di masyarakat hingga saat ini. Nah, biasanya pada aspek kehidupan sosial di masyarakat berdampak pada masalah moralitas dan etika mereka selama hidup di masyarakat tampak nyata pada kolektifitas mereka dalam kehidupan sosial.

Perubahan sosial, terhadap dampak pada kehidupan sosial di masyarakat, akan memiliki perbedaan terhadap aspek kehidupan sosial di masyarakat saat ini dengan adanya masalah ekonomi, perkotaan yang berdampak pada kehidupan budaya dan agama yang menjelaskan adanya perang dagang atau ekonomi yang lantas menjadi baik terhadap masyarakat Desa.

Kalimantan : Hutan dan Gaya Hidup

Hutan masyarakat, menjadi awal dari pangan dibentuk berdasarkan kehidupan awal masyarakat adat di Kalimantan dan Jawa (tertua) ketika itu. Hal ini menjelaskan adanya moralitas dan ketidaksenangan manusia terhadap kehidupan awal yang tampak pada konflik ekonomi, dan sosial di masyarakat hingga saat ini.

Bagaimana birokrasi yang tampak dengan moralitas mereka selama hidup terhadap istilah numpang hidup awalnya di masyarakat, dengan ekonomi yang mereka rencanakan sebagai ketidaksenangan mereka kepada individu, kelompok serta dalam suatu keluarga.

Moralitas dan etika moral mereka di masyarakat akan memiliki dampak terhadap bagaimana ekonomi bekerja hingga saat ini terjadi secara mandiri dan lokal di masyarakat secara umum. Hanya orang memanfatkan agama dalam kehidupan sosial budaya mereka di masyarakat. 

Untuk bertahan hidup tahu numpang hidup pada aspek birokrasi, dan non birokrasi seperti agama menjadikan pola awal mereka selama hidup di masyarakat dan mengereja. Kebuasaan mereka akan tampak pada aktivitas dan pekerjaannya selama makan dan minum. 

Dalam suatu massa ketika mereka saling kolektif menyerang, seperti di keluarga kudus Pontianak, dan MRPD Pancasila (ideologi). Sudah bukan rahasia umum lagi, dengan latar belakang hanya seorang birokrasi yang memiliki pengetahuan yang begitu minim, serta pendidikan dan gaya hidup yang seharusnya  pas – pasan, untuk  di Kota Pontianak.

Itu adalah sebagai cerminan atau pandangan terhadap upaya manusia mengenali diri mereka selama berkehidupan sosial, dan beragama (karakteristik) yang lantas perlu dipahami dengan adanya moralitas dan etika pada setiap pembangunan manusia dan ekonomi. Ketika mereka menguasai ekonomi akan adakah tampak kekerasan dalam kehidupan sosial dan budaya di masyarakat setempat.

Ketika tampak pendidikan menjadi awal permainan mereka selama hidup, dan untuk berkuasa (persoalan kelas) karena ketidaksenangan terhadap aspek kehidupan masyarakat kota, dan ambisi serta perlindungan mereka mengatasnamakan agama kristiani. 

Setelah hidup berasimilasi dan numpang hidup pada masyarakat Tionghoa awalnya, gerombolan masyarakat Batak yang tinggal karena menjadi sampah di masyarakat, bahkan tidak menjadi apa – apa menjelaskan hal tersebut, bahkan mengklaim pembangunan.

 

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close