Spritualitas penting mengenai moralitas suatu bangsa terhadap pengaruh sosial, ekonomi dan politik dalam suatu Negara. Hal ini tentunya berdampak pada perusahaan multinasional yang hendak diketahui sebagai spritualitas, yang bermakna Jiwa.
Sehingga, spritualitas selalu dihubungkan dengan pengalaman jiwa
dan moralitas manusia, terutama dalam setiap tugas dan pekerjaan mereka. Hal ini
menjadi pandangan oleh para Ilmuwan yakni Weaver dan saya dalam melihat spritualitas
sebagai bagian dari individu.
Suatu kekuatan yang maha tinggi / high power dengan Tuhan / God yang
memberikan makna, tujuan, dan keterhubungan. Modal kecerdasan intelektualitas
dan daya juang, adalah faktor penentu dalam hal ini sebagai faktor spritualitas
yang memang terhubung dengan adanya keyakinan yang transendental, dan tidak
bisa diabaikan.
Terkadang hidup dipenuhi dengan cibiran dan cacian tetapi, karena
pada akhirnya bisa meraih kesuksesaan, dalam suatu Negara dan di tempat
terpencil yang memang biasanya pada migrasi, pada orangtua terhadap anak – anak mereka mengenai
pekerjaannya, dan ekonominya.
Biasanya pada masyarakat Tionghoa – pribumi hal ini terjadi dalam suatu ruang yang berada pada kondisi masyarakatnya dan moralitas terhadap kesuksesan yang ingin dicapai dalam hal ini. Ini sering dicacimaki dengan berbagai hal terkait spritualitas (katolik - Ortodok - kristen) di Indonesia, kepentingan ekonomi dalam suatu keluarga, dan Negara (kekuasaan), dan perusahaan multinasional misalnya.
Konsep Tuhan dalam hal ini memang memiliki ruang tersendiri terhadap pembangunan manusia, dan moralitas mereka selama berkehidupan di berbagai wilayah misalnya, hal ini dimulai dari kesan ekonomi (kendaraan, usaha, aset (rumah), sosial, dan politik serta pendidikan di Pontianak.
Mengenai asimilasi seksualitas dan agama yang berbeda, dapat diketahui pada sistem kehidupan (bertahan hidup), dapat diketahui melalui moralitas dan ingin bersaing misalnya dapat diketahui sebagai gagasan yang dapat dilihat berbagai konsep Ke Tuhanan.
Keterlibatan dalam hal ini di tiadakan, terkesan ingin menguasai, dengan memberikan upah rendah pada kelas pekerja di Pontianak, tetapi di Indonesia atau Jakarta ingin lebih dari itu Tionghoa Hakka - Hokkien (orang) biasanya beragama non Katolik dan Katolik, Kristen - Islam, dengan budaya Indonesia.
Sehingga agama menjadi awal atau mengisi penduduk atau ingin menguasai yang bukan tempatnya misalnya, seperti pendidikan dan kesehatan 2000 - 2022 biasanya pada masyarakat orang Jawa berubanisasi dengan kelas sosial rendah sebelumnya, dengan kepentingan ekonomi dan politik di Keuskupan Agung, atau di Paroki.
Sehingga kesan dan moralitas seksualitas, politik dan ekonomi di Keuskupan Agung di Pontianak (paroki), masih rendah spritualitas, hingga tokoh agama belum terlibat kecuali pada perayaan misa, dan komunitas yang diterapkan disini, berbagai kepentingan mata uang, dengan hasil diperoleh misalnya, menjadi suatu kesadaran terhadap moralitas dan agama di tempat asal suatu Negara untuk bisa dipahami.
Bangsa Indonesia, belum seutuhnya menerapkan konsep spritualitas
dalam pembangunan manusia, lainnya berbagai setiap pekerjaan yang enggan
diketahui dengan adanya moralitas dalam suatu pembangunan yang ada di
masyarakat baik pada ekonomi, sosial, dan politik hingga masa revolusi mental
di Indonesia.
0 comments