Kawasan Tionghoa Hakka memiliki cerita pada perubahan kota Pontianak, kawasan yang menghubungkan sungai Kapuas dan Pedesaan sungai yang hidup disekitar hutan desa. Ketika memahami berbagai hal terkait dengan perubahan Desa, akan tampak dengan sistem perkotaan dan perdagangan.
Pedesaan yang datang dengan kebutuhan pangan, sandang dan papan
menjadi awal dari kehidupan sosial budaya yang layak dipahami berdasarkan keterawatan
sungai kapuas. Ketika hendak dipahami adanya sistem perdagangan kota akan kelihatan
perubahan sosial masyarakat Desa yang hidup pada ekonomi kota Pontianak.
Pada masa konflik etnik, pada masa Orde Baru dampak dari konflik
sosial memiliki perubahan yang berbeda dengan pembangunan ekonomi budaya.
Ketika kota Pontianak, terdiri dari sepetak tanah dan tinggal dalam kawasan
tepi sungai, akan berada pada kondisi budaya masyarakat yang berada pada
Tionghoa Hakka dagang dan hubungan pada kelas pekerja.
Tionghoa Hakka dagang akan berada pada persoalan sosial ekonomi
mereka di Indonesia, terutama pada sungai Kapuas. Disitu kelihatan rumah
Tionghoa yang berdekatan dengan khas rumah Tionghoa, sosial budaya mempengaruhi
berbagai hal terkait dengan dinamika sosial yang berasal dari perumahan dan
bergeser pada kelayakan ekonomi.
Pada tahun 2022 pada kehidupan sosial kehidupan kota di Pontianak,
akan berada pada persoalan dagang yang
memiliki peran terhadap kawasan dagang dari hasil hutan. Disitu akan berasal
dari kehidupan sosial selayaknya dipahami dengan perubahan kota berdasarkan ciri tata ruang masyarakat Tionghoa Hakka sebelum kolonial Belanda.
Dengan istilah tanah seribu, maka akan ditemui dengan adanya gaya hidup masyarakat ketika pagi, dan siang yang berasal dari aktivitas sosial yang berasal dari kehidupan ekonomi sosial hingga saat ini. Ketika sejahar sosial.
Menjadi ingatan terhadap dinamika budaya masyarakat setempat, maka Desa sebagai
Negara yang berbatasan dengan kota Pontianak, kembali ditinggal pada masyarakat
pribumi untuk dibangun berdasarkan aspek sosial budaya di masyarakat kota
Pontianak.
Dari situ muncul dengan adanya perubahan kota dan tata ruang, yang
berawal dari ekonomi Pontianak dengan adanya aspek kebutuhan dan hasil
pembenahan kota dan manusia berdasarkan spritualitas kehidupan sosial dan
budaya menjadi bentuk keseimbangan terhadap moralitas dan etika dalam
berekonomi.
0 comments