Tionghoa Indonesia & Masyarakat Adat Dayak

3/12/2024

Kekejaman suatu bangsa adalah diketahui dari Tionghoa Indonesia dari hasil asimilasi budaya lokal dan masyarakat kelas sosial. Ingin menguasai persekolahan katolik dan Kristen Indonesia maka diketahui bagaimana Tionghoa Hakka begitu kejam dari hidup di masyarakat lokal disini, atau dramatis.

Tuhan menjadi awal dari hidup beragama dari apa yang disembah, maka diketahui dengan kehidupan sosial budaya akan lekat pada kebudayaan Nasional. Hidup dengan sengaja dalam miskin sebagai awal dari kehendak mereka dalam kejahatan dan pertobatan berat hidup selama bermasyarakat adat, berorganisasi, dan komunitas dari hasil seksualitas.

Kemiskinan, yang menyebabkan berbagai kepentingan politik, dan ekonomi serta kesehatan dan pendidikan dalam hal ini gereja katolik di Keuskupan Agung dapat diketahui dari berbagai hal terkait masalah kemiskinan hidup di masyarakat.

Ketika mereka puas dengan hidup, dan barang mewah dan makan kenyang, dan fasilitas maka bvudaya tidak tahu malu berakhir pada kehidupan ekonomi dan moralitas dan etika yang tidak punya malu pada Tionghoa Indonesia dan budaya lokal disini.

Ingin berkuasa selayaknya agama katolik dan Kristen milik mereka saja, itu yang dapat diketahui melalui imam yang dibayar melalui sekolahan dari mata uang dan konflik identitas, dan kehidupan budaya di sini.

Tidak punya malu lulusan mereka hidup disekolah katolik - Kristen itu dengan baik, dan pekerjaan yang numpang hidup sampai kaya Istilah orang Jakarta untuk cepat kaya melalui seksualitas dan mata pencaharian.

Itu adalah kondisi hidup masyarakat Tionghoa Indonesia, dan Lokal masyarakat Dayak - Jawa yang tanpa malu disini. Maka, jelas dengan adanya dinamika budaya sosial ada perjuangan kelas sosial miskin yang berasal dari kalangan masyarakat biasa. Maka, dapat diketahui dengan adanya kepura – puraan hidup di masyarakat adat, akan berasal dari kebiasaan dan budaya lokal hidup di masyarakat adat.

Ketika mereka hidup dengan miskin, untuk mencegah kehidupan kasar, dan Tuhan hidup yang dramatis, serta konflik etnik pada tahun 1967 , 1999, 2008 hingga 2024. Seperti bangunan yang dikerjakan seperti gereja katolik diKeuskupan Agung, Kalimantan barat, dan identitas seksualitas hidup di masyarakat Jakarta dengan jelas terjadi.


0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close