Polemik itu muncul ketika BG
dipilih menjadi salah satu yang akan memimpin para orang-orang gagah. Ntah
kenapa, hal itu berujung tertunda, kemungkinan karena diduga terlibat dalam
skandal atau daftar tunggu di gedung Tiga huruf itu. Disisi lain, ada hal yang
menjadi salah satu persoalan yang harus diselesaikan, dengan muncul suatu
anggapan untuk pihak yang menunduh bahwa ia ingin menjadi salah satu bagian
dari Super Hero.
Cara-cara seperti itu ada yang menganggap akan menyelesaikan masalah
itu, sekali lagi ini mungkin yah, kalau aku membuka apa yang terjadi dalam
loby-loby itu, dalam hal ini mungkin dapat selesai. Ternyata hal itu belum bisa
berakhir begitu saja.
Sementara masih ada terjadi
penangkapan yang mengagetkan di suatu pagi, dan pada saat itu juga seluruh
siaran televisi telah terhebohkan dengan aksi penangkapan itu.
Dalam waktu yang singkat pula, sudah banyak
orang yang berpartisipasi menunggu dengan kata-kata #saveKPK, ntah itu dari ormas, NGO, dan
media.
Aksi tersebut pun, agar Bapak kita tidak hanya tinggal diam, dan menagih
janji sesuai pencalonannya ketika itu, seperti @endrisutarto dengan 324 retweet“
@....... ,hanya tunduk pada konstitusi dan suara rakyat.
Pengamat-pengamat politik itu pun
kembali tenar, dengan anggapan-anggapan yang tak jauh dari persoalan politik
balas dendam atau manajemen konflik yang memang dan dianggap dapat saling
buka-buka”an.
Di Jejaring sosial pun tak kalah hebat nya dengan lontaran
kata-kata diatas dan dimedia seperti di Tempo “Indonesia darurat hukum”. Polemik itu pun memacu diriku untuk menanggapi
dan menulis begini (meskipun tidak terlalu lengkap), yah memang sedikit disengaja.
Mungkin, seperti dizaman Pak Beye , dan Pak Wi “KPK harus diselamatkan
#SaveKPK.
0 comments