Perkembangan Kota "Global"

7/31/2017

Kota merupakan salah satu ruang hidup manusia, dalam hal ini tak lepas dari pengaruh globalisasi. Jika sebuah kota hanya dianggap dan berfungsi sebagai pusat pemerintahan atau ruang public (polis) maka, dengan adanya pengaruh globalisasi, kota meluas dan fungsi perannya sebagai pusat ekonomi dan budaya yang bercorak global.

Kota global (global city), yang menjadi suatu kota berisi etalase dan identitas global, yang memiliki fungisi dan menajdi bagian dalam pusat bisnis, perkantoran, telekomunikasi tentunya dapat dipahami bahwa kota global dapat dipahami sebagai Kota Dunia (world cities), yang didefinisikan sebagai tempat perjumpaan berbagai produksi dan pasar dunia.

Dalam hal ini, proses pembangunan dan kehidupan masyarakatnya seakan-akan dihadapkan pada pemberhalaan (fetitisme) total terhadap symbol global yang dianggap mampu membersihkan identitas, surplus ekonomi, life style. Pandangan tersebut muncul ketika keberadaan kota global ini merupakan dinamika sosial yang tidak dapat dibendung lagi.. Hal ini tentunya terjadi karena adanya pengaruh globalisasi.

Perdebatan mengenai globalisasi muncul ketika dikalangan intelektual mengkritik atau berpendapat dengan berbagai pemikirannya, dan dalam hal ini tentunya mesti menjadi bagian berdebatan yang belum ada titik finalnya.

Dalam hal ini, Anthony Giddens (2003) membagi dua (2) kelompok inteletual yang saling berseberangan mengenai pandangannya tentang globalisasi. Kelompok skeptis misalnya memiliki pandangan bahwa globalisasi hanyalah suatu masa silam, sebab tidak jauh berbeda dengan kehidupan negara seperti sebelumnya. 

Mereka menganggap bahwa tidak ada nama interaksi antar negara-negara di dunia secara liberal, tidak ada yang namanya perdagangan lintas bangsa. Yang ada hanya interakasi diantara beberapa negara yang terbatas pada ikatan geografis. Jika dalam hal ini ada hubungan kerjasama antara negara Uni Eropa dengan negara di Asia misalnya, itu hanyalah sifatnya sementara dengan tujuan tertentu dan terbatas.

Pandangan suatu kota tentunya akan meluas ketika mengenal suatu kelompok yang begiti berbeda dengan pembahasan diatas, dan dalam hal ini dimana pengaruhnya dan sudah memutuskan batasan-batasan geografis dan politik negara. Perdagangan ekonomi sudah dilakukan dengan berbagai negara. 

Dalam hal ini, pengaruh dari berbagai Negara masuk ke Negara sendiri, dan tentunya pergulatan pandangan mengenai globalisasi berbeda. Hal ini tentunya esensi yang tunggal dimasing-masing pihak dapat memberikan berbagai macam pandangannya mengenai makna globalisasi.

Dalam hal ini, muncul berbagai pandangan mengenai globalisasi dan hal ini memiliki makna tentang globalisasi yang diutarakan oleh berbagai kalangan intelektual. Albrow misalnya dalam hal ini, menjelaskan bahwa globalisasi merupakan suatu proses dimana penduduk dunia semakin terinkorporasi (terhubungkan) ke dalam masyarakat dunia yang tunggal. 

Sedangkan Emanuel Richter mengatakan bahwa globalisasi adalah jaringan yang menyatukan masyarakat sebelumnya terpencar-pencar ke dalam ketergantungan antarnegara yang saling menguntungkan. Kemudian, Mos Kanter justru memaknai globalisasi sebagai pusat perdagangan dan perbelanjaan dunia di mana masyarakat di dunia bisa membeli barang-barang yang sama dari “Negeri Tetangga”. 

Tanggapan mengenai globalisasi kembali muncul diberbagai kaum intelektual, seperti Robert Cox yang mengatakan bahwa globalisasi adalah kecendrungan bersatunya internasionalisasi produksi, proses pembagian kerja internasional, migrasi penduduk dari selatan ke utara. 

Sementara Khor beranggapan bahwa memaknai globalisasi sebagai kolonialisasi baru oleh dunia pertama (negara kaya) di dunia ketiga (negara berkembang). Dalam hal ini maka, dapat dipahami bahwa globalisasi memiliki tiga makna komponen penting, yakni didalam globalisasi mengandung aspek cultural, ekonomi serta politik (Giddens,2006 : Pontoh, 2003).

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close