Sosialisasi Politik Menurut : David Easton Dkk

8/10/2017

Sosialisasi politik dan sistim politik, dapat dijelaskan oleh David Easton dan Janck Dennis. Dimana, keduanya mengemukaan bahwa tujuan sosialisasi politik adalah untuk memantapkan sistim politik itu sendiri. Dengan diserapnya nilai-nilai politik atau orientasi-orientasi politik dari suatu sistim politik maka diharapkan bahwa warga negara mempunyai seperangkat pengetahun dan seperangkat nilai yang dibutuhkan untuk mendukung terpeliharanya sistim politik. (Sjamsuddin, Pribadi, dan Hamid, 1995:3.3).

Dengan memaham sosialisasi politik yang merupakan konsep diperkenalkannya oleh seorang asal Amerika, yang bernama Robert Hyman pada tahun 1950-an ini, bahwa sosialisasi politik adalah suatu proses penyerapan nilai dari lingkungan sistim politik ataupun masyarakat terhadap individu atau terhadap masyarakat secara keseluruhan. Konsep ini muncul ketika para ilmuwan politik menyadari bahwa pewarisan nilai dan kepentingan serta prilaku politik selalu terjadi dan merupakan satu proses yang penting, dalam hal ini dimaksud dengan kehidupan politik.

Sosialisasi politik dalam hal ini mengacu pada konsep yang menentukan prilaku politik masyarakat. Dalam banyak masyarakat, pelestarian norma dan sikap politik masyarakat. Jika dalam masyarakat, pelestarian norma dan sikap politik dari satu generasi ke generasi berikutnya sangat penting, artinya bagi berdiri tegaknya satu kekuatan politik. Sosialisasi yang baik dianggap dapat meningkatkan stabilitas politik. Proses politik ini secara demikian dapat terjadi karena pendidikan politik yang sering diadakan (Bau, 2003:38).

Untuk dipahami secara jelas mengenai sosialisasi, dan diketahui dengan tiga proses, yaitu kognitif, afektif, dan evaluative. Kognitif adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan. Sedangkan ketika pikiran seseorang mempengaruhi oleh pengetahuan yang diperolehnya merupakan penjelasan dari afektif, sedangkan ketika masuk dalam proses penilaian maka telah berada pada proses yang terakhir, yaitu evaluatif. Dengan begitu, setiap orang dalam masyarakat akan bertemu dengan objek politik atau gejala politik. Bertemunya objek politik dengan sensor seorang individu akan menimbulkan peta kognitif, yang terdiri atas persepsi, konteptualisasi, dan afeksi.








0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close