Masyarakat konsumer, oleh Jean Braudillard (2005) disebut
sebagai masyarakat kapitalis mutakhir, dan oleh Adorno (dalam Ibrahim, 1997:24)
disebut sebagai masyarakat komuditas (commudity Society). Adorno mengemukakan
ada empat aksioma penting yang menandai hal tersebut, yaitu:
1. Masyarakat yang di dalamnya berlangsung produksi
barang-barang bukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia saja, tetapi
demi mendapatkan profit.
2. Dalam masyarakat komuditas, muncul kecenderungan umum
ke arah konsentrasi kapital yang masif dan luar biasa besar yang memungkinkan
adanya operasi pasar bebas yang terselubung, demi keuntungan produksi massal
yang dimonopoli oleh barang-barang yang terstandarisasi.
Dalam masyarakat komuditas atau konsumer, terdapat suatu
proses adopsi cara belajar menuju aktivitas konsumsi dan pengembangan suatu
gaya hidup (Fenthersone, 2005). Pembelajaran ini dilakukan melalui media massa,
seperti majalah, koran, buku, televisi, radio, internet, dan media lainnya.
Informasi ini banyak menekankan pada peningkatan diri, pengembangan diri,
transformasi personal, hubungan antar manusia, dab bagaimana membangun gaya
hidup.
Budaya konsumerisme, terutama muncul setelah masyarakat
industrialisasi, ketika barang-barang mulai diproduksi secra massal, sehingga
membutuhkan pasar yang lebih luas.
Bagaimana menghindari konsumerisme? Mengonsumsi
sebenarnya merupakan kegiatan yang wajar dilakukan. Namun, dewasa ini disadari
bahwa masyarakat tidak hanya mengonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya saja,
tetapi sudah terjebak pada konsumerisme.
Budaya konsumerisme atau komuditas saat ini tak dapat
terelakan dengan mudah. Laki-laki dan perempuan pun terus mencari-cari
komuditas yang unggul untuk memenuhi kebutuhannya sebagai pengkonsumsi yang
aktif. Hal ini dapat diamati dari orang
muda, anak-anak, orang tua yang sebagi besar memenuhi kebutuhannya. Proses
pembelajaran yang dipelajari tentunya berasal dari berbagai hal, baik itu
dilingkungan sekitar, media dan lainny.
Jika hal ini semakin marak tanpa memikirkan kebutuhan
lainnya, tentunya akan semakin merosot kualitas manusianya. Bukan berarti kita
tidak mengikuti perkembangan zaman yang ada. Tetapi, setelah masa
industrialisasi, dimana kaum buruh yang begitu banyak hanya dapat menerima upah
yang ada, dan dalam hal ini harus ada peningkatan. Karena setelah masa itu
tentunya kita dituntut untuk memberikan produksi yang maksimal guna menguasai
barang yang banyak. Jika, kita mengamati pola tersebut bahwa setelah masa
industrialisasi, dimana banyaknya kaum kapitalis yang kuatlah yang bertahan,
dengan cara jika ia sudah melewati massa pasar bebas. Dimana, persaingan yang
begitu banyak baik itu dalam dan luar negeri mengikuti persaingan ini.
Sementara, hal ini
tentunya menjadi sasaran juga adalah konsumer yang begitu aktif dimasyarakat.
Keterjebakan masyarakat tanpa mengikuti suatu kebutuhan yang dibutuhkan dan
tidak dibutuhkan telah tak dapat dibedakan secara kebutuhan. Sehingga, dalam
hal ini control dalam masyarakat untuk terus mencari alat tukarnya yaitu uang
terus kian meningkat guna memenuhi keterjebakannya sebagai konsumerisme. Dalam,
hal ini tentunya manusia tak dapat berkreatif sendiri, sehingga terus
bergantung dengan pasar, bukan untuk berproduksi.
Nah, sebagai khalayak kita harus menyadari bahwa suatu
kebutuhan harus menjadi salah pilihan. Mengapa? Hal ini guna mengontrol kita
untuk tidak menjadi salah salah mengonsumsi yang aktif. Sumber daya yang
dimiliki Indonesia tentunya dapat memberikan suatu keseimbangan bagi kita agar
tidak terjebak dalam persaingan Industrialisasi. Dengan kondisi yang ada,
dengan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia, tentunya dapat menigkatkan
inovasi yang berguna bagi perkembangan industrialisasi di Indonesia. Dengan
memperdayakan hasil produksi kecil di masyarakat, sehingga hal ini dapat
memberikan harapan dan penyadaran bahwa hak ini sudah harus dipikirkan mulai
saaat ini.
Hal ini, dikhwatrikan jika kahalayak hanya terfokus pada
konsumer akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia untuk tidak
berinovasi dan berkreatif, sehingga akan terjebak pada sistim industrialisasi belaka.
Yang tentunya, membutuhkan buruh yang begitu banyak guna menigkatkan produksi
yang ada. Sehingga, hal ini tak memberikan keseimbangan yang begitu baik. Maka,
control dan keaktifan juga dibutuhkan dalam hal ini.
Peningkatan dan suatu wadah guna mengubah prilaku
masyarakat juga diperlukan, dalam hal ini keikutsertaan media-media televise,
media sosial, pemerintah, untuk memberikan saran dan masukan menjadi salah satu
poin pula untuk dipertimbangkan. Hal ini guna, mengantisipasi masyarakat agak
tidak terjebak dengan kondisi yang menyebak akan kebutuhan. Sehingga, ada
pertimbangan untuk memilih keefisienan dan keefektifan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya dengan baik.
0 comments