Masyarakat Dan Budaya Konsumerisme

10/31/2017

Masyarakat konsumer, oleh Jean Braudillard (2005) disebut sebagai masyarakat kapitalis mutakhir, dan oleh Adorno (dalam Ibrahim, 1997:24) disebut sebagai masyarakat komuditas (commudity Society). Adorno mengemukakan ada empat aksioma penting yang menandai hal tersebut, yaitu:

@copyright:images:googel.com
1. Masyarakat yang di dalamnya berlangsung  produksi barang-barang bukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia saja, tetapi demi mendapatkan profit.
2. Dalam masyarakat komuditas, muncul kecenderungan umum ke arah konsentrasi kapital yang masif dan luar biasa besar yang memungkinkan adanya operasi pasar bebas yang terselubung, demi keuntungan produksi massal yang dimonopoli oleh barang-barang yang terstandarisasi.
Dalam masyarakat komuditas atau konsumer, terdapat suatu proses adopsi cara belajar menuju aktivitas konsumsi dan pengembangan suatu gaya hidup (Fenthersone, 2005). Pembelajaran ini dilakukan melalui media massa, seperti majalah, koran, buku, televisi, radio, internet, dan media lainnya. Informasi ini banyak menekankan pada peningkatan diri, pengembangan diri, transformasi personal, hubungan antar manusia, dab bagaimana membangun gaya hidup.
Budaya konsumerisme, terutama muncul setelah masyarakat industrialisasi, ketika barang-barang mulai diproduksi secra massal, sehingga membutuhkan pasar yang lebih luas.
Bagaimana menghindari konsumerisme? Mengonsumsi sebenarnya merupakan kegiatan yang wajar dilakukan. Namun, dewasa ini disadari bahwa masyarakat tidak hanya mengonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya saja, tetapi sudah terjebak pada konsumerisme.
Budaya konsumerisme atau komuditas saat ini tak dapat terelakan dengan mudah. Laki-laki dan perempuan pun terus mencari-cari komuditas yang unggul untuk memenuhi kebutuhannya sebagai pengkonsumsi yang aktif. Hal ini dapat diamati  dari orang muda, anak-anak, orang tua yang sebagi besar memenuhi kebutuhannya. Proses pembelajaran yang dipelajari tentunya berasal dari berbagai hal, baik itu dilingkungan sekitar, media dan lainny.
Jika hal ini semakin marak tanpa memikirkan kebutuhan lainnya, tentunya akan semakin merosot kualitas manusianya. Bukan berarti kita tidak mengikuti perkembangan zaman yang ada. Tetapi, setelah masa industrialisasi, dimana kaum buruh yang begitu banyak hanya dapat menerima upah yang ada, dan dalam hal ini harus ada peningkatan. Karena setelah masa itu tentunya kita dituntut untuk memberikan produksi yang maksimal guna menguasai barang yang banyak. Jika, kita mengamati pola tersebut bahwa setelah masa industrialisasi, dimana banyaknya kaum kapitalis yang kuatlah yang bertahan, dengan cara jika ia sudah melewati massa pasar bebas. Dimana, persaingan yang begitu banyak baik itu dalam dan luar negeri mengikuti persaingan ini.
Sementara,  hal ini tentunya menjadi sasaran juga adalah konsumer yang begitu aktif dimasyarakat. Keterjebakan masyarakat tanpa mengikuti suatu kebutuhan yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan telah tak dapat dibedakan secara kebutuhan. Sehingga, dalam hal ini control dalam masyarakat untuk terus mencari alat tukarnya yaitu uang terus kian meningkat guna memenuhi keterjebakannya sebagai konsumerisme. Dalam, hal ini tentunya manusia tak dapat berkreatif sendiri, sehingga terus bergantung dengan pasar, bukan untuk berproduksi.
Nah, sebagai khalayak kita harus menyadari bahwa suatu kebutuhan harus menjadi salah pilihan. Mengapa? Hal ini guna mengontrol kita untuk tidak menjadi salah salah mengonsumsi yang aktif. Sumber daya yang dimiliki Indonesia tentunya dapat memberikan suatu keseimbangan bagi kita agar tidak terjebak dalam persaingan Industrialisasi. Dengan kondisi yang ada, dengan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia, tentunya dapat menigkatkan inovasi yang berguna bagi perkembangan industrialisasi di Indonesia. Dengan memperdayakan hasil produksi kecil di masyarakat, sehingga hal ini dapat memberikan harapan dan penyadaran bahwa hak ini sudah harus dipikirkan mulai saaat ini.
Hal ini, dikhwatrikan jika kahalayak hanya terfokus pada konsumer akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia untuk tidak berinovasi dan berkreatif, sehingga akan terjebak pada sistim industrialisasi belaka. Yang tentunya, membutuhkan buruh yang begitu banyak guna menigkatkan produksi yang ada. Sehingga, hal ini tak memberikan keseimbangan yang begitu baik. Maka, control dan keaktifan juga dibutuhkan dalam hal ini. 
Peningkatan dan suatu wadah guna mengubah prilaku masyarakat juga diperlukan, dalam hal ini keikutsertaan media-media televise, media sosial, pemerintah, untuk memberikan saran dan masukan menjadi salah satu poin pula untuk dipertimbangkan. Hal ini guna, mengantisipasi masyarakat agak tidak terjebak dengan kondisi yang menyebak akan kebutuhan. Sehingga, ada pertimbangan untuk memilih keefisienan dan keefektifan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya dengan baik.


0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close