Suatu
kemerdekaan tentunya tak jauh dari perjuangan nasib pemimpin Negara dan Rakyat.
Kali ini keperihatinan terjadi bagi kemerdekaan Palestina. Dalam hal ini, yang
dilihat tentunya mengenai sisi kemanusiannya. Hal yang menarik untuk digublis
ketika warga Palestina memilih jalan panjang demutar demi menghindari pos
pemeriksaan Israel di Tel Rumeida. Dari Tel inilah, nasib warga Palestina
ditentukan, antara kemerdekaan dan tahanan.
Untuk
melalui jalan tersebut, tentunya ada yang menggunakan jalan setapak tanah di
tepi Tel Rumeida yang biasanya dijaga oleh tentara Israel. Kehidupan mereka
tentunya seperti tahanan. Inilah adalah suatu ungkapan yang tentunya ada di
media-media, dimana suatu kemerdekaan tak mudah untuk dilalui, bahkan harus
menjadi bagian dalam suatu proses pertahanan.
Penjagaan,
sudah tentu dapat dikatakan bahwa ada beberapa jalan untuk dapat keluar-masuk
Hebron lebih mudah, beberapa orang Palestina kemudian mulai memanfaatkan jalan
setapak tanah di tepi Tel Rumeida yang biasanya tidak dijaga oleh tentara
Israel. "Sekarang, kami hidup seperti tahanan,". Inilah ungkapan
rakyat Palestina dari setahun yang lalu.
Selanjutnya,
salah satu bagian dari proses ini adalah seseorang yang bernama “Muhannad
Qafesha, seorang mahasiswa di Universitas Hebron yang tinggal di Tel Rumeida
mengaku sering menggunakan jalan setapak daripada harus ditahan selama
berjam-jam di pos pemeriksaan. Qafesha berpendapat, keberadaan pos pemeriksaan
dan sistem nomor itu dilakukan untuk intimidasi. Dalam hal ini,
kita beruntung Jika Indonesia tak mengalami hal ini lagi.
Kemudian,
yang sulit dipahami ketika “tentara Israel memberi penduduk Palestina nomor dan
membangun pos pemeriksaan untuk mencoba membuat hidup mereka sulit sehingga
semua orang Palestina akan meninggalkan daerah itu. Dengan demikian, para
pemukim Yahudi bisa mengambil alih Hebron sepenuhnya.
"Kami tidak tahu berapa lama ini akan berlangsung," kata Qafesha.
"Yang saya tahu, orang-orang di sini tidak akan meninggalkan rumah mereka
dan memberikannya kepada Israel. Ini adalah tugas kita di Hebron untuk tetap
tinggal dan bertahan melewatinya," kata mahasiswa itu.
Konferensi
tingkat tinggi pun digelar saat ini, apa yang terjadi ketika akal
sehat tak lagi diperhatikan oleh pemimpin-pemimpin dunia?. Proses ini harus
dilihat dari berbagai aspek, baik itu hak mereka sebagai rakyat, kemanusiaan
yang berdasarkan hak meraka sebagai Rakyat dan individu. Mungkin, ini sebuahn
ungkapan keprihatinan kami dan dukungan sepenuhnya sebagai Rakyat Indonesia.
Persoalan
konflik yang terjadi kedua Negara tersebut, tentunya menjadi salah satu bagian
dari persoalan janji dalam memenangkan suara terbanyak. Hal yang harus
diketahui bahwa “Komite Warisan Budaya Organisasi Pendidikan Sains, dan
Kebudayaan PBB (UNESCO). Alasan ini bagi umat Islam keberdaan Yerusalem
memiliki sejarah panjang dalam proses perjuangan melawan Israel. Hal ini
tentunya akan mempengaruhi politik yang terjadi saat ini. Langkah tegas ini
harus di dukung, terutama masyarakat Indonesia agar turut memprosesi langkah yang dapat
mempengaruhi persoalan yang ada didalamnya. “Dukungan penuh ini, agar dapat
dilihat dari sisi kemanusian dan hak mereka sebagai rakyat Palestina”.
0 comments