Teori Semiotika Menurut ParaAhli

12/21/2017

Mengenal sesuatu yang baru bukan menjadi persoalan, tetapi merupakan suatu anugrah yang baik oleh Sang Kuasa. Melaui alat indera, manusia member makna atau tanda yang dalam untuk dijadikan petunjuk. Keunikan manusia dalam memberikan petunjuk dalam memberikan suatu informasi, fakta, dan peristiwa yang dialami.

Tak banyak yang mengira hal ini dapat dilakukan,seperti ketika ia mengeluarkan bahasanya. Tanpa bahasa kita tak akan dapat mengerti apa yang dipikirkan. Kerumitan yang ada, tanpa diutarakan pun juga akan sulit dimengerti. Sehingga, banyaknya manusia akan terus bersyukur dengan apa yang dapat dikatakan dengan tanda yang menurutnya dapat diartikan bagi yang dapat memahaminya.

Meski manusia punya bahasa, tapi dalam prakteknya sehari-hari manusia masih harus melakukan interpretasi atau upaya memberi makna terhadap bahasa. Apalagi sudah tertulis menjadi bahasa yang baku dan tercetak di media massa. Upaya memberikan makna menjadi kendala yang tak boleh dianggap mudah. Hal ini dikarenakan akan timbul bias atau bahkan penyimpangan makna lewat interpretasinya yang salah atau konteks berpikir yang berbeda.

Makna terhadap simbol manusia terkadang menimbulkan ketegangan tersendiri. Apalagi dikaitkan dengan ideology latar belakang para penyampai pesan serta mereka yang menginterpretansikan pedan. Pemaknaan symbol komunikasi verbal ini disebut dengan semiotika. Istilah yang belakangan ini teramat popular dikalangan perguruan tinggi.

Pengunaan disiplin ilmu, yang dimulai dari pendekatan, metodologi, atau sebuah kajian yang berkaitan dengan semiotika ini, kini lebih dekat dari berbagai kalangan, baik itu akademisi, mahasiwa dan para ahli dibidang ahli komunikasi. Untuk itu, mari kita membahas secara sederhana dari teori dusta ini. Bagaimana kegunanannya, manfaatnya, bahkan tanda-tanda kebohongan dan kebenaran yang dapat diterapkan dalam teori dusta ini.

Berdasarkan dari para penulis semiotika, bahwa semiotika berasal dari bahasa Yunani, yang bearti tanda.  Tanda itu dibangun atas konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dan dapat mengwakili sesuatu yang lain. Misalkan asap, yang menandai adanya api. Maka, pemaknaan tanda bearti ada sesuatu yang terjadi baik itu sebuah kebohongan atau tidak.

Kemudian, banyak lagi tanda yang dapat kita amati, misalnya disekitar lingkungan kita ada keramaian maka mereka akan memberikan tanda, agar tidak dilewati dan semacamnya. Yang tentunya memberikan petanda bahwa ada pesta yang dilaksanakan. Dalam teori Semiotika, hal ini merupakan suatu tanda yang mesti kita mengerti dan pahami. Sehingga, menjadi petunjuk bagi kita untuk memahami tanda-tanda apa yang disampaikan seseorang bagi kita untuk dipahami. Maka, dari teori semiotika ini dapat dikatakan sebagai penyampaian berita yang begitu baik.

Tetapi, kita dapat mengerti juga peran semiotika bagi media massa, untuk pendidikan juga yang harus diketahui khalayak. Tetapi hal itu tentunya ditanggapilah para ahli seperti Althusser tentang media dianggap oleh Gramsci (1971) justru mengabaikan. Baginya, media massa sebagai pergulatan ideology yang saling berkompetensi. Hal ini dilihat, bahwa media dapat menjadi sarana penyebaran ideology penguasa dan public, kemudian disisi lain dapat menjadi suatu resistensi terhadap kekuasaan.

Artinya, bahwa media dapat dihasilkan sebagai kepentingan ideology antara masyarakat dan negara. Dan dalam diri media massa juga ada kepentingan keberlangsungan pekerja media, wartawan, dan karyawan. Dalam kondisi ini media, mungkin berdiri statis, netral, ditengah-tengah, media massa begitu dinamis diantara pusaran-pusaran kepentingan yang sedang bermain. 

Dengan didukungnya masyarakat modern, maka media massa menjadi salah satu alat dalam menentukan sikap politiknya. Hal ini, tentunya media massa memicu perkembangan masyarakat dalam politik. Tetapi sangat disayangkan, jika masih ada yang beranggapan bahwa media massa akan memberikan informasi yang sesuai dengan kenyataan ataukan kebenaraan. Maka, hal ini perlu dicermati dengan seksama, dan dipahami secara dalam apa yang menjadi persoalan terhadap media massa, melalui pemahaman teori ini.







0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close