Semarang merupakan kota
terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta,
Surabaya, Medan,
dan Bandung. Selain itu, kota yang sekaligus menjadi ibukota provinsi Jawa
Tengah ini mempunyai jumlah penduduk mencapai angka 2 juta jiwa. Semarang
mempunyai beberapa julukan, seperti Venetie van Java, Kota Atlas, The Port of
Java, Semarang Pesona Asia, dan Kota Lumpia.
Kota Lumpia menjadi
julukan yang menunjuk kota Semarang karena di kota dengan dominasi penduduk
dari suku Jawa tersebut terdapat makanan khas berupa lumpia. Selain lumpia,
masih ada banyak makanan khas Semarang yang secara langsung lahir di tanah
Semarang maupun hasil akulturasi dari sejumlah budaya [lumpia merupakan
akulturasi 2 budaya, yakni Jawa dan Cina].
NASI AYAM SEMARANG
Nasi
ayam khas Semarang adalah makanan dengan isi berupa nasi liwet, telur rebus,
dan suwiran ayam yang diberi kuah opor serta tambahan sambal goreng jipan.
Sekilas memang mirip dengan nasi liwetnya Solo, namun nasi ayam ini biasa
disajikan dengan tambahan sate telur puyuh, satu usus, dan teh hangat.
Perbedaan lainnya adalah nasi liwet menggunakan kuah areh, sedangkan nasi ayam
memakai kuah opor kuning. Untuk penyajiannya cukup sederhana, yakni hanya
berada di atas piring yang telah diberi alas dari daun pisang dengan isian
seperti yang telah disebutkan seperti di atas.
Asal muasal dari
makanan sehat Semarang ini adalah dari tangan penjual nasi ayam keliling
bernama Satinem. Dia adalah orang dibalik terciptanya nasi ini dan sering
menjajakannya secara berkeliling pada tahun 1960-an. Nama awal dari makanan ini
dulunya bukanlah nasi ayam Semarang, melainkan nasi ayam Kampung Koja. Penamaan
ini dikarenakan Kampung Koja adalah kampung yang menjadi saksi lahirnya makanan
ini. Hingga pada tahun 1992 nasi buatan Satinem semakin dikenal karena telah
membuka tempat dagang secara mandiri di Jalan K.H. Ahmad Dahlan yang sampai
saat ini masih berjualan. Lambat laun telah banyak kedai dan warung yang ikut-ikutan
menjajakan makanan ini di Semarang.
3. GARANG ASEM
Olahan
tradisonal bernama garang asem adalah makanan khas Semarang yang enak berisi
ayam dengan kuah santan berbumbu belimbing wuluh dan cabai. Uniknya, ayam dan
kuah santan dimasak dengan dimasukkan dulu ke dalam daun pisang lalu ditutup
atasannya dengan lidi. Untuk menambah kenikmatannya, biasanya garang asem
diberi tambahan nasi hangat, tempe goreng, jeroan ayam yang ditusuk seperti
sate, dan perkedel. Untuk menemukan makanan dengan bumbu Indonesia banget ini
cukup sulit, namun salah satunya ada di restoran dengan alamat di Jalan Gajah
Mada.
4. TAHU GIMBAL
Dari namanya saja sudah
terlihat bahwa tahu gimbal adalah olahan yang terdapat tahu dan gimbal dalam
penyajiannya. Namun lebih dari itu, karena terdapat pula potongan lontong dan
kol yang disiram bumbu kacang dan petis dalam satu porsinya. Jika belum kenal
apa itu gimbal, maka gimbal adalah olahan udang yang diberi tepung, atau mirip
dengan bakwan udang. Untuk menikmati satu porsi tahu gimbal, biasanya akan
dinikmati dengan kerupuk udang yang tekenal renyah.
Makanan ini memang agak
mirip dengan ketoprak khas Jakarta, namun bedanya adalah tahu gimbal
menggunakan bumbu kacang yang disajikan dengan cara disiramkan ke makanan.
Selain itu, adanya gimbal dan petis membuatnya agak berbeda. Rasanya yang gurih
dan rasa bumbu kacang yang sangat terasa menjadi daya tarik bagi para konsumen.
5. Soto Bangkong
Soto bangkong adalah
olahan soto yang terdapat di Rumah makan Jalan Brigjen Katamso Semarang. Nama
bangkong sendiri diambil dari tempat pendirian dari soto yang telah ada sejak
1950 ini, yakni Perempatan Bangkong. Pembuatnya saat itu, H. Soleh Soekarno
bahkan sebelum itu harus menjualnya dengan cara berkeliling, dan lambat laun
Beliau telah membuat kedai di samping pos polisi, yaitu Jl. Brigjen Katamso.
Sampai saat ini kedai tersebut terus berkembang dan menjadi besar, bahkan telah
membuka cabang hampir di seluruh daerah di Pulau Jawa yang dikelola oleh
anak-anaknya.
Perbedaan makanan asli
Semarang ini adalah kuahnya yang bening walaupun warnanya agak cokelat. Soto
yang disajikan dengan mangkuk kecil namun agak tinggi ini, diberi isian berupa
suwiran ayam, irisan tomat, tauge, bihun, serta taburan bawang merah dan putih
di atasnya. Kuah dari soto ini bisa digabung dengan nasi maupun dipisahkan dari
nasi, terserah sesuai selera. Untuk menambah rasa, bisa juga memesan tambahan
seperti sate ayam, perkedel, sate telur puyuh, sate kerang, tahu, dan tempe.
6. Nasi Goreng Babat
Nasi
Goreng Babat Gongso merupakan nasi goreng yang disekitarnya ditambah dengan
babat alias kulit sapi bagian lambung. Babat tersebut dipotong 3×4 cm,
kebanyakan penjual ada yang mengeroknya ada juga yang tidak mengerok babatnya.
Bumbu dari nasi ini adalah bawang merah dan putih, cabai merah, dan uniknya,
ada terasi, serta kecap yang kental sehingga memiliki warna kecokelatan di
sekelilingnya. Bagi yang kurang puas, bisa dengan memesan telur yang nantinya
akan diorak-arik untuk ditambahkan ke porsinya. Tambahan kerupuk dan acar
mentimun bisa juga dipilih untuk menjadi teman makan nasi goreng.
0 comments