Para
ahli seperti E.M. Rogers, mengemukakan bahwa subkultural Peasan cocok
diterapkan di Desa-Desa Indonesia. Dengan kata lain, apakah komunitas petani di
Indonesia secara umum adalah peasan dengan ciri-ciri seperti yang dikemukakan
oleh E.M.Rogers? bila mengacu kepada definisi-definisi peasan diatas, maka kita
semua petani di Indonesia dapat disebut peasan, dan yang termasuk peasan pun cirri-ciri
tidak sepenuhnya sama dengan disebutkan E.M. Rogers.
Masyarakat
petani Indonesia dapat dipilah ke dalam beberapa golongan yang berbeda, dimana
secara umum sekali ada yang menggolongkan petani Jawa (dengan pertanian
sawahnya) sebagai golongan petani yang berbeda dengan petani di Luar Jawa.
Penggolongan seperti ini, tentunya sangat umum sekali. Bagimana dengan petani
perkebunan? Jika dari latar belakangnya, perkebunan di Indonesia bisa dibedakan
ke dalam perkebunan onderneming ,
dimana masa Belanda dan perkebunan rakyat.
Perkebunan
onderneming adalah tipe pertanian modern, yang berorientasi pada pencaharian
keuntungan (untuk tanaman ekspor) dan merupakan bagian dari sistem kapitalisme
modern. Pertanian jenis ini bukanlah golongan peasan, melainkan buruh
perkebunan sebagaimana secara khas terlihat di Deli, Sumtra. Dilain pihak,
perkebunan rakyatdikerjakan oleh petani ladang dengan cara bersahaja.
Perkebunan
rakyat, pada umumnya terdapat didaerah-daerah yang tidak jauh dari kota-kota
pelabuhan masa lalu, yang telah mengadakan perdagangan dengan luar, termasuk
dan terutama dengan pihak barat. Karena berorientasi pada keuntungan maka,
kurang tepatnya digolongkan dengan sebagai peasan, Berbeda dengan petani dengan
padat karya tentunya. Menggambarkan petani sawah, tentunya yang harus
dimengerti bahwa tidak semua petani sawah di Indonesia sama, dan oleh karenanya
tidak dapat dipandang sebagai peasan yang sama karakteristiknya.
Sifat-sifat
petani Jawa daerah pedalaman (hinter-land) berada dalam daerah kekuasaan
kerajaan (dari majapahit sampai Mataram) dengan intensitas pengaruh yang
tinggi, sehingga sistem feodalisme yang ada juga berakar kuat. Kedua,
intensitas pengaruh supradesa ini bukan saja datang dari keraton, melainkan
juga dari pemerintah colonial Belanda, khususnya lewat Cultuurstelsel.
0 comments