Pandangan E.M.Rogers : Bagaimana Ciri-ciri Subkultural Peasan

2/01/2018

Para ahli seperti E.M. Rogers, mengemukakan bahwa subkultural Peasan cocok diterapkan di Desa-Desa Indonesia. Dengan kata lain, apakah komunitas petani di Indonesia secara umum adalah peasan dengan ciri-ciri seperti yang dikemukakan oleh E.M.Rogers? bila mengacu kepada definisi-definisi peasan diatas, maka kita semua petani di Indonesia dapat disebut peasan, dan yang termasuk peasan pun cirri-ciri tidak sepenuhnya sama dengan disebutkan E.M. Rogers.



Masyarakat petani Indonesia dapat dipilah ke dalam beberapa golongan yang berbeda, dimana secara umum sekali ada yang menggolongkan petani Jawa (dengan pertanian sawahnya) sebagai golongan petani yang berbeda dengan petani di Luar Jawa. Penggolongan seperti ini, tentunya sangat umum sekali. Bagimana dengan petani perkebunan? Jika dari latar belakangnya, perkebunan di Indonesia bisa dibedakan ke dalam perkebunan onderneming , dimana masa Belanda dan perkebunan rakyat.

Perkebunan onderneming adalah tipe pertanian modern, yang berorientasi pada pencaharian keuntungan (untuk tanaman ekspor) dan merupakan bagian dari sistem kapitalisme modern. Pertanian jenis ini bukanlah golongan peasan, melainkan buruh perkebunan sebagaimana secara khas terlihat di Deli, Sumtra. Dilain pihak, perkebunan rakyatdikerjakan oleh petani ladang dengan cara bersahaja.

Perkebunan rakyat, pada umumnya terdapat didaerah-daerah yang tidak jauh dari kota-kota pelabuhan masa lalu, yang telah mengadakan perdagangan dengan luar, termasuk dan terutama dengan pihak barat. Karena berorientasi pada keuntungan maka, kurang tepatnya digolongkan dengan sebagai peasan, Berbeda dengan petani dengan padat karya tentunya. Menggambarkan petani sawah, tentunya yang harus dimengerti bahwa tidak semua petani sawah di Indonesia sama, dan oleh karenanya tidak dapat dipandang sebagai peasan yang sama karakteristiknya.


Sifat-sifat petani Jawa daerah pedalaman (hinter-land) berada dalam daerah kekuasaan kerajaan (dari majapahit sampai Mataram) dengan intensitas pengaruh yang tinggi, sehingga sistem feodalisme yang ada juga berakar kuat. Kedua, intensitas pengaruh supradesa ini bukan saja datang dari keraton, melainkan juga dari pemerintah colonial Belanda, khususnya lewat Cultuurstelsel.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close