Stratifikasi Masyarakat Tradisional Relatif Stabil

3/13/2018

Pada masa masyarakat Belanda memperkenalkan sistem stratifikasi sosial yang ditetapkan berdasarkan ras Eropa, Timur Asing, dan Pribumi. Sejak awal pada abad ke XX sampai sebelum kependudukan Jepang, sistem status atas dasar ras mengalami perubahan kea rah individualistis. Pada masa itu sebelum upaya komersialisasi di Jawa Tengah diawali sejak akhir diponegoro dimana sistem yang diterapkan Belanda ketika itu. 

Tetapi, seiring berjalannya waktu kebijakan agraria yang memberikan kebebasan perusahaan untuk dapat menanamkan modalnya. Dan kini, masing-masing sudah memiliki hal dalam memperoleh lahan untuk berproduksi. Dengan memberikan hak pada pemilikan rakyat secara individual dan secara komersial oleh penguasa, sejak saat itu juga perubahan terjadi berdasarkan dari sistem yang dianut masyarakat saat ini.

Jika berdasarkan dengan Koetjaraningrat menganalisis dan menggambarkan stratifikasi masyarakat Jawa, baru dimulai ketika penjajahan Jepang, dimana ada tingkat-tingkatan yang membedakannya. 

Seperti Ndara (bangsawan), Priyayi (birokrat), Wong Dagang dan Wong Cilik. Pada golongan itu juga berpusat pada keraton dibagian selakatan Jawa Tengah. Kemudian, Kasunanan Mangkunegara di Surakarta serta di swaparaja lain Kasultanan dan Pakualaman di Jogyakarta.


Menarik lagi, kalau ada yang di kaki lima yang banyak berkumpul di kota kecil atau dalam pemukiman kota besar dimana terdapatnya pasar merupakan peran penting sebagai lembaga ekonomi. Sejak perang dunia kedua katanya perubahanyang terjadi pada stratifikasi dalam masyarakat, begitu juga sejak Kemerdekaan di Indonesia.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close