Sejarah Kesusastraan Berdasarkan Prespektif Sosiologis

6/15/2018

Istilah kesusastraan seperti yang dipahami berasal pada tahun terakhir abad ke XVIII, semula belum ada yang memahami kesustraan. Ini mertupakan bagian dari pengenalan terhadap sejarah itu sendiri. Kesustraan pada dasarnya adalah “public” atau dengan kata lain rakyat. Jadi, yang dimaksud adalah aristokrasi budaya. Maka, mengingat kenyataan itu sendiri adalah fakta social masalah hubungan kesustraan dan masyarakat.

Sejak abad ke XV telah terjadi suatu evolusi yang bergarak lebih cepat pada abad XVIII, dimana satu pihak ketika pengetahuan terjadi perkotak-kotakan dalam spesialisasi, sains dan teknis venderung berangsur terpisah dari kesustraan. Dengan memahami sastra, maka kita akan mengenal bahwa kesustraan pada dasarnya berusaha untuk membina hubungan baru dengan kolektifitas atau masyarakat.

Kemajuan-kemajuan budaya dan daya tarik telah membuat kesustraan lebih menurun. Minat akan kesustraan semakin tidak menampakkan suatu hasil yang signifikan. Tetapi, dikalangan masyarakat pemakai kebutuhan akan sastra justru menungkat dan dapat menjadikan bagian dari pengembangan sastra social terhadap pengetahuan.

Kini, sastra berkembang sebagai bagian dari budaya dan akan lebih terbuka, dimana hal ini sebagai bagian dari alat intektualitas untuk masyarakat luas. Pada tahun 1800, yang katanya mulai dari sadari sebagai dimesi social kesustraan karya madame de srael. Dimana kesustraan ditinjau sebagai bagian dari hubungaannya dengan lembaga social. Dan melakukan upaya usaha di Prancis untuk menghimpun masalah sastra dan masyarakat dalam suatu studi yang sistematis. 

Perkembangan sastra dalam pandangan sosiologis, tentunya menjelaskan keanekaragaman dan kekhasan masyarakat. Gejala itulah, yang kemudian muncul sebagai sastra sebagai bagian kekhasan Nasional. Tidak jauh berbeda mengenai lingkugan, dan masa berlalu ringkas sehingga tidak mencakup aspek-aspek realitas yang kompleks.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close