Komisi Tinggi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia
(OHCHR) akhirnya buka suara menanggapi kerusuhan di Papua yang telah
berlangsung sejak pertengahan Agustus lalu.
Melalui pernyataan di situs resminya, Komisioner HAM PBB
Michelle Bachelet mengungkapkan kekhawatirannya terhadap peningkatan kekerasan
yang terjadi di Provinsi Papua, terutama kematian sejumlah warga dan pasukan
keamanan selama demonstrasi berlangsung.
"Ini adalah bagian
dari tren yang telah kami amati sejak Desember 2018 lalu dan kami telah
mendiskusikan keprihatinan kami dengan pihak berwenang Indonesia. Seharusnya
tidak ada tempat untuk kekerasan semacam itu di Indonesia sebagai negara
demokratis dan beragam," kata Bachelet pada Rabu (4/9).
Selain itu, Bachelet juga mengapresiasi seruan yang dilontarkan
Presiden Joko Widodo beserta sejumlah tokoh dan pejabat tinggi lain terkait
rasisme dan diskriminasi terhadap warga Papua dan seruan untuk meredakan
ketegangan.
Ia menganggap rasisme dan diskriminasi merupakan masalah "serius dan telah lama terjadi" di wilayah paling timur Indonesia itu. Mencoba menghubungi Kementerian Luar Negeri melalui plt juru bicara Teuku Faizasyah untuk meminta tanggapan terkait pernyataan PBB itu, namun belum mendapat respons.
Pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya dan sejumlah pelajar di sana pada pertengahan Agustus lalu disebut menjadi pemantik ketegangan di beberapa wilayah Papua. Unjuk rasa berujung rusuh beberapa kali terjadi di pulau paling timur Indonesia itu.
0 comments