Peneliti Inggris Mengerjakan Proyek Di Balikpapan, Ibukota Baru ?

12/18/2020

Peneliti dari Universitas Heriot-Watt di Edinburgh Inggris mengatakan masyarakat pesisir menjadi paling berisiko karena tak ada sistem peringatan dini tsunami. Hal ini mengenai pembangunan infrastruktur yang di para peneliti mengaku masih harus melihat apakah suatu peristiwa longsor dahsyat itu akan terjadi lagi.

Peneliti Universitas Heriot-Watt, Uisdean Nicholson mengatakan pihaknya masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menilai situasi itu dengan benar. "Ini adalah sesuatu yang mungkin harus dimasukkan oleh pemerintah Indonesia pada daftar risiko di suatu tempat, masuk ke tingkat yang tinggi," ujar Nicholson.

Tim analisis Inggris-Indonesia-nya menerapkan fakta-fakta seismik untuk memeriksa sedimen dan strukturnya di dasar laut Makassar. Ibukota Indonesia akan pindah dari Jakarta di pulau Sumatra ke Kalimantan. Nicholson mengatakan peristiwa semacam itu dapat terkonsestrasi dan terjadi di Teluk Balikpapan, lokasi yang dipilih untuk ibu kota baru Indonesia.

Peringatan dini mengenai tsunamsi dan bencana disekitar wilayah Kalimantan, hingga berdampak pada pelabuhan di Australia. Resiko bencana akan terjadi dengan demikian berbagai persoalan terkait Nicholson dan timnya telah menemukan bukti setidaknya 19 tanah longsor kuno di dasar laut Selat Makassar.

Rachel Brackenridge, yang mengambil bagian dalam penelitian itu  mengaku pihaknya menemukan bukti tanah longsor kapal selam terjadi lebih dari 2,5 juta tahun. Fenomena itu terjadi setiap 160.000 tahun atau lebih dan berukuran sangat besar. Tanah longsor terbesar terdiri dari 600 kilometer kubik sedimen, sedangkan yang terkecil yang kami identifikasi adalah lima kilometer kubik," ujar Brackenridge.




 

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close