Apa yang bisa disampaikan ketika orang Tionghoa (Bong), (Kuh), Lim, dkk, dan tidak semua Tionghoa tapi dapat dijelas pada sistem biologis. Tentunya menarik di kaji secara ilmiah, dan bagaimana perlakuaan mereka terhadap anak-anaknya. Hal ini jelas jika ekonomi dibatasi oleh orang Tionghoa itu, menjadi aspek untuk tidak mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang baik sesuai dengan harapan Negara dan masyarakat.
Dengan demikian, pada tiap paginya mengenai keributan terhadap
kepentingan politik seksualitas yang diciptakan mereka, merupakan hasil dari
pendidikan seksualitas mereka sebelumnya dalam suatu perkampungan Desa.
Jelas sekali, bagaimana mereka berprilaku dan berpribadian
terhadap kehidupan mereka sebelumnya. Ketika memahami berbagai peran konsumsi
mereka sediakan serta berbagai aspek dinamika hidup yang mereka terapkan, telah
jelas dengan berbagai kepentingan ekonomi diterima masih belum tampak pada
dinamika sosial dan budaya yang berlangsung.
Temuan mengenai seksualitas akan berada pada kondisi manusia itu
sendiri, dengan berbagai aspek kehidupan dan agama yang mereka jalankan. Telah
diketahui bahwa berbagai aspek budaya dan agama tentunya memberikan mereka
pedoman terhadap apa itu ajaran agama.
Mengapa tiap pagi marah-marah, itu biasa dengan kondisi politik
seksualitas yang diciptakan oleh orang Tionghoa marga itu, untuk menjaga kondisi
seksualitas mereka pada aspek pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian, telah jelas bahwa
masing-masing agama yang berada pada aspek MRPR Pancasila itu untuk menutupi
topeng-topeng mereka pada Negara.
Pertumbuhan dan pembangunan yang diterapkan seringkali melibatkan
orang Batak, Tionghoa dan Orang Jawa, Orang Dayak tanpa terkecuali di Kapuas Hulu. Untuk
mendapatkan pendidikan yang baik, dalam peran suatu Negara merupakan suatu
perubahan sosial yang layak di terapkan di masyarakat, melalui aspek lingkungan
keluarga dan tempat Ibadah.
Telah jelas, bahwa berbagai aspek kehidupan mereka akan tampak
dengan peran pemerintah dalam membangun manusianya dengan moral dan
karakteristik mereka terhadap budaya dan agama, melalui peran tokoh agama
dengan berlanjut.
Ketika, temuan itu berlanjut pada aspek ekonomi bahwa agama
menjadi dasar dari persoalan kehidupan mereka. Telah jelas diketahui dengan apa
yang diterapkan dengan kondisi budaya mereka di masyarakat. Akan berbeda dengan
kehidupan orang di DKI Jakarta. Pada dasarnya lingkungan yang menciptakan
mereka berada baik atau tidak berdasarkan agama dan kehidupan mereka.
Jika dipahami prilaku mereka dalam, memang tidak menentu kehidupan
mereka, termasuk agama, bagaimana Negara melihat persoalan hal ini. Politik dan
pendidikan seksualitas menjadi label bagi mereka di Kalimantan Barat.
0 comments